- Anak Penjual Sepatu Dan Buruh Serabutan di Karanganyar Ini Jadi Lulusan Terbaik UGM
- Sukoharjo Mulai Distribusi Makan Bergizi Gratis, Ini Menunya
- Perkuat Keutuhan Keluarga untuk Wujudkan Kesatuan Bangsa
Baca Juga
Kontroversi tentang penganugerahan gelar Doktor kepada Bahlil Lahadalia masih gencar dilakukan walau pun yang bersangkutan sudah melaksanakan ujian disertasinya di hadapan para guru besar Universitas Indonesia pada Rabu (16/10) lalu.
Rata-rata komentar negatif yang diajukan adalah dengan mempertanyakan jangka waktu program doktor yang sangat singkat dibandingkan dengan para lulusan lainnya di Universitas Indonesia. Tak sedikit pula yang mempertanyakan Universitas Indonesia sebagai bagian dari dunia ilmu Indonesia.
Namun, tidak sedikit pula yang memberikan pendapat secara positif terhadap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam Kabinet Merah Putih tersebut berdasarkan keahlian keilmuan masing-masing. Kali ini ada pendapat dari Moh Syahril Iryanto. Ia adalah alumni Universitas Indonesia (UI) dan Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) masa kepengurusan 2018-2020.
Syahril merujuk pada unggahan Teguh Dartanto, salah satu co-promotor Bahlil. Dalam apresiasinya Shahril mengatakan bahwa “Pak Teguh pernah mengajar saya di Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi UI. Beliau adalah sosok yang berintegritas dan memiliki kredibilitas akademis tinggi. Pengalaman belajar di UI membuat saya yakin bahwa para pengajar di sana selalu menjunjung tinggi standar dan etika akademik.”
Karena pengalamannya sebagai murid Teguh Dartanto itulah, Syahril berharap bahwa klarifikasi yang disampaikan oleh pengajar di SKSG UI tersebut dapat meluruskan berbagai persepsi dan meredakan polemik yang berkembang di masyarakat. “Saya yakin di balik perdebatan ini, ada banyak pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari perjalanan hidup dan pencapaian Bahlil,” tambahnya.
Syahril lalu memberikan pendapatnya bahwa Bahlil adalah pekerja keras yang berani menghadapi banyak tantangan. Dengan tegas ia mengatakan, “Orang yang memulai karier dari nol biasanya memiliki prinsip yang kuat dan ketangguhan mental. Ketekunan serta perjuangan yang ia tempuh memungkinkan Bahlil menyelesaikan studi doktoralnya dengan baik.”
Sebagai penutup, Syahril juga merangkum poin-poin penting yang disampaikan Teguh Dartanto melalui akun Facebook pribadinya terkait proses studi doktoral Bahlil Lahadalia antara lain adalah, memilih Program Doktor di SKSG UI karena Bahlil memenuhi syarat administratif untuk menempuh program doktor karena memiliki gelar Magister dari Universitas Cenderawasih (UNCEN).
Teguh menyarankan Bahlil memilih SKSG UI karena program ini lebih fleksibel dibandingkan dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI (FEB UI).
Di sisi lain, Topik Dan Motivasi Penelitian: disertasi Bahlil berfokus pada kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia, mengevaluasi efektivitas kebijakan tersebut, dan mencari solusi untuk mengatasi dampak negatifnya.
Alasan berikutnya adalah kewajaran dan validitas proses: Bahlil telah memenuhi syarat publikasi ilmiah dengan artikelnya diterbitkan di jurnal Science and Technology Index (SINTA) 2 dan jurnal internasional bereputasi.
Jurnal predator yang sempat dipakai tidak diperhitungkan lagi dalam proses kelulusan. Ia juga melakukan penelitian lapangan di Morowali dan Weda Bay, serta mewawancarai para pakar internasional, seperti Dani Rodrik dan Ha-Joon Chang.
Selain itu, kualitas dan etika akademik: Tim promotor dan penguji bersikap independen dan tidak dapat dipengaruhi oleh suap. Penguji eksternal yang terlibat dalam sidang promosi, seperti Prof. Didik J. Rachbini dan Prof. Kozuke Mizuno, merupakan akademisi berkompeten. Tuduhan plagiasi yang menyebut kesamaan dengan skripsi UIN terbukti tidak berdasar, karena pengecekan similarity menunjukkan angka di bawah 10%.
Mengenai durasi studi, Bahlil menyelesaikan program doktor dalam waktu empat semester, sesuai dengan ketentuan Peraturan Rektor UI. Kasus kelulusan cepat ini bukan hal baru, karena sebelumnya Doktor Sugeng Purwanto juga lulus dalam 13 bulan.
Di dalam kesimpulannya, Teguh Dartanto mengimbau publik agar tidak terjebak dalam prasangka dan hoaks. Ia menekankan pentingnya penilaian objektif dan penghargaan terhadap integritas akademik Universitas Indonesia.
Memberikan keterangan kepada RMOLPapua Selasa (22/10), Syahril berharap masyarakat dapat lebih bijaksana dan objektif dalam menilai polemik ini, tanpa terpengaruh oleh prasangka dan kebencian di dalam agama.
- Dirut PLN Tingkatkan SPKLU 7,5 Kali Lipat
- Pengecer Boleh Jual Gas LPG Lagi, Kadindagkop UKM Rembang : Belum Terima Edaran Resmi
- Horeeee…Si Melon Kembali ke Warung