PERJALANAN panjang penuh rintangan dan hambatan, jalan terjal yang harus dilalui, caci maki dan umpatan menjadi dinamika hidup dalam meniti karir dalam dunia politik.
- Nikita Mirzani, Zina & Pedofil, Alasan Ceraikan Dipo Latief
- Heidi Klum, Bangga Pacar Berondong
- Irjen Pol Ahmad Luthfi Dianugerahi Indonesia Most Inspiring and Valuable Figure 2024
Baca Juga
Segala hambatan itu menjadikannya motivasi dan semangat untuk menunjukkan kemampuan diri dalam merubah sikap dan fikiran. Alhasil, pada waktunya akan mendapatkan sesuatu yang menggembirakan.
Itulah yang dilalui oleh Kadarlusman, SE, seorang politisi PDI Perjuangan yang sekarang menjabat sebagai pimpinan DPRD Kota Semarang periode 2019-2024 meski sebelumnya tidak ada ambisi untuk menjadi pejabat.
Bagi penghobby trabbas ini, menjadi pimpinan DPRD merupakan amanah yang sangat berat, tanggung jawabnya tidak hanya kepada negara tapi juga kepada Allah SWT.
Bagaimana perjalanan politiknya hingga di puncak pimpinan DPRD Kota Semarang ?
Suami Ira Lestiyani ini menyatakan terjun ke politik sejak dirinya SMA, meski sebetulnya tidak suka sama sekali dalam dunia politik.
"Pada era Orde Baru, semuanya diarahkan untuk Golkar, bahkan dilingkungan keluarga saya semuanya Golkar. Itulah yang membuat saya sama sekali tidak tertarik dalam dunia politik," ujar pria tiga anak ini.
Seiring perjalanannya waktu, karena semua diarahkan untuk ke Golkar, ia bersama teman-teman mencoba membuat sensasi dengan mengikuti kampanye PDI.
"Waktu itu saya beranikan diri untuk mencari sensasi, ikut-ikutan kampanye PDI meski sembunyi-sembunyi, bahkan pakai seragam jauh dari rumah. Waktu itu hanya ingin menunjukan kalau partai tidak hanya Golkar," tambah penghobby barang-barang antik ini.
Saat mengikuti kampanya PDI, Pilus panggilan akrabnya, menyadari pasti akan dimusuhi banyak orang, tapi itulah yang sebetulnya dicari dengan sensasi nylenehnya.
"Padahal saya bukan pengurus atau anggota PDI, hanya ikut-ikutan saja. Ternyata benar, saya dimusuhi banyak orang. Setiap malam dicari orang dan dimaki-maki," tambah pria kelahiran 5 Oktober 1970 ini.
Dari perlakuan itulah, Pilus semakin tertantang dan semangat untuk terus melakukan perlawanan meski bukan pengurus partai.
"Beberapa waktu kemudian saya tiba-tiba didatangi banyak orang dan meminta saya untuk menjadi pengurus PDI tingkat kelurahan, tapi saya tolak, saya tidak mau diatur, saya maunya seperti ini," tandasnya.
Tapi beberapa waktu kemudian mereka datang lagi hingga empat kali meminta dirinya untuk menjadi pengurus PDI kelurahan.
"Waktu itu saya tanya, ternyata yang menyuruh mereka adalah almarhum Tugiran dari DPC PDI Kota Semarang," tambahnya.
Setelah empat kali diminta, teman-teman mendesak dirinya untuk mencoba menuruti permintaan DPC, kemudian tanpa pengalaman politik, ia pun mencobanya.
"Karena desakan dari temen-temen akhirnya saya coba dan saat pemilihan ternyata saya terpilih menjadi Kordes (sebelum berubah menjadi ranting) PDI," kenangnya.
Meski sudah menduduki ketua Kordes, ternyata Pilus ditolak oleh salah seorang pengurus Kordes yang notabanenya adalah Wakil Ketua Kordes.
"Saya ditolak oleh wakil ketua Kordes, alasannya wakilnya ada kenapa harus memilih Ketua dari orang baru yang belum bisa apa-apa, akhirnya setelah proses panjang dengan legowo saya mundur dari Ketua Kordes dan ganti posisi," tuturnya.
Namun setelah ganti posisi, empat bulan tidak ada pergerakan apapun akhirnya dilakukan pemilihan lagi dan kembali secara aklamasi Pilus memimpin Kordes PDI.
Selama berkecimpung di PDI, Pilus mulai belajar berorganisasi, ia pun dipercaya menjadi Satgas. Melalui satgas, sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Semarang ini mulai berinteraksi dengan masyarakat.
"Saya membuat KTA untuk warga yang mau menjadi anggota, dari KTA itu saya menghimpun dana sumbangan ada yang Rp 500 ada yang Rp 1000, dana itu saya kumpulkan untuk membuat seragam Satgas, saya merasakan betul terbentuknya gotong-royong terjalin dengan baik. Meski begitu tidak ada terbesit untuk menjadi anggota dewan," terangnya.
Seiring berjalannya waktu, Pilus yang saat itu Ketua Ranting Mangkang, tiba-tiba diutus untuk mengikuti Konfercab PDI di Hotel Dibya Puri.
"Waktu itu satu-satunya Ranting yang diutus untuk mengikuti konfercab. Ternyata sangat luar biasa, serem, mencekam dan sangat kaget saat itu. Diarahkan untuk mendukung salah seorang, bahasanya sadis," kenangnya lagi.
Dari situlah Pilus mulai banyak belajar politik dan akhirnya dipercaya untuk memimpin PAC PDI Perjuangan Kecamatan Tugu.
"Tahun 2000-2001, saya dipaksa maju di PAC, saya bilang saya nggak mau, saya nggak mampu, tapi dipaksa terus dan akhirnya terpilih secara aklamasi jadi Ketua PAC Kecamatan Tugu," tambahnya lagi.
Meski sudah menjadi Ketua PAC, Pilus masih buta dengan politik, bahkan saat diminta mendaftar jadi anggota Dewan, Pilus menanyakan ke teman-temannya apa itu DPR.
"Waktu diminta untuk maju menjadi Dewan, pertanyaan saya ke teman-teman, apa itu dewan, karena memang saat itu saya benar-benar tidak tahu, saya tahunya Ranting, PAC, DPC, saya sempat digoblok-goblokin sama teman-teman," ujarnya.
Setelah dipaksa-paksa akhirnya Pilus pun nekat dengan mengirimkan berkas pencalonan legislatif.
"Saat maju pun saya dijegal dengan ditempatkan di nomor urut besar, bahkan sampai saya mau mundur tapi tidak dipèrbolehkan sama Ketua DPD, Pak Murdoko," kenangnya lagi.
Tanpa disangka, dalam pemilihan, di dapilnya mendapatkan dua kursi bersama dan Yuyun. Namun setelah terpilih menjadi anggota Dewan, pilus mengaku masih buta apa itu dewan.
"Setelah berkecimpung, baru mengetahui peranan dewan. Jadi saya berangkat dari nol putul. Bahkan awalnya orang-orang melihat saya sebelah mata, apa mampu dll, karena saya orang jalanan, tidak bisa politik dari situ saya semakin semangat untuk membangun dan saya harus membuktikan dan memberikan yang terbaik untuk masyarakat supaya suara-suara sumbang itu hilang, saya turun ke masyarakat secara terus menerus, begitu proses pemilihan berikutnya saya mendapatkan suara terbanyak dan pemilihan langsung 2009 dan pemilihan 2014 saya mendapatkan suara terbanyak se kota Semarang baru suara-suara itu hilang," terangnya.
Karena mendapatkan suara terbanyak naiklah ke DPC dan menjadi sekretaris DPC PDI P Kota Semarang hingga dua kali.
"Kunci paling utama dan jitu adalah merakyat, yang penting kita mau memanusiakan manusia itu yang pertama, jadi ajar, ajur, luwes itu harus ada, mau belajar. Ajur, mau diperlakukan seperti apapun ya ajur nggak apa apa dan harus luwes dengan siapapun," tambahnya.
Jadi bisa seperti sekarang ini bukan ujug-ujug dan tidak mulus-mulus juga, banyak rintangan dan terjal dalam menempuh dunia politik.
"Niat ingsun memberikan yang terbaik untuk masyarakat, kerja ikhlas dan berbuat untuk orang lain. Saat ini diberi amanah menjadi pimpinan dewan, Insya Allah akan mengemban amanat ini dengan baik. Mudah-mudahan bisa merubah yang sudah baik menjadi lebih baik," pungkas Pilus.
- Sandra Dewi, Penakut, Tolak Film Horor
- Stevi Jimry Poluan Lulusan Doktor Manajemen FEB UKSW Ke-67
- Ki Haryo : Seni Wayang Harus Inovatif