Pj Wali Kota Salatiga: Tidak Pakai Sampling Balita 

Pj Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani, Saat Kegiatan Pembinaan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Di Ruang Kaloka Gedung Sekretariat Daerah (Setda) Salatiga, Selasa (30/7). Erna Yunus B/RMOLJawaTengah
Pj Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani, Saat Kegiatan Pembinaan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Di Ruang Kaloka Gedung Sekretariat Daerah (Setda) Salatiga, Selasa (30/7). Erna Yunus B/RMOLJawaTengah

Pj Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani, mendesak pihak kecamatan menginstruksikan kelurahan melakukan pendataan anak bawah lima tahun (balita) yang ada.


Ia bahkan tidak menyarankan Dinas Kesehatan Kota (DKK) melakukan metoda sampling sebagaimana yang dilakukan di Kabupaten Semarang atau Boyolali.

"Pendataan ini dimaksudkan pendataan dibandingkan dengan data balita yang tercatat di kartu keluarga," kata Yasip Khasani usai kegiatan Pembinaan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Ruang Kaloka, Gedung Sekretariat Daerah Salatiga, Selasa (30/07).

Ia menyampaikan bahwa untuk menekan angka stunting harus dipastikan persentase pengukuran setiap kecamatan dan kelurahan, minimal 95% dari populasi balita selama masa pelaporan.

"Tolong kecamatan, instruksikan kelurahan untuk melakukan pendataan balita yang ada dibandingkan dengan yang tercatat di kartu keluarga masing-masing. Bisa jadi, status mereka penduduk Salatiga tapi sehari-harinya mereka di Jakarta," tegas Yasip,

Yasip berharap pihak kelurahan melibatkan kader atau dasawisma di tempat masing-masing untuk memastikan jumlah balita sebenarnya ada berapa.

Angka yang sebenarnya (eksisting) itu kemudian dicocokkan dengan data yang tercatat di Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga. 

"Angka balita yang eksisting ini harus 100% sudah diukur, baik melalui Posyandu (pos pelayanan terpadu-red) mau pun lewat kader yang melakukan pengukuran secara mandiri ke setiap rumah," terang dia.

Ia mengajak semua pihak harus sadar diri bahwa Kota Salatiga itu luasannya cuma 1/4 dari kabupaten. Sehingga, jika menggunakan sampling dengan angka sampling yang sama dengan kabupaten, dinilainya menggelikan.

"Luasnya Salatiga juga cuma 54km² dan jumlah penduduknya cuma 200.000 jiwa. Bandingkan dengan jumlah penduduk di kabupaten yang sudah mencapai angka 1 juta. Jadi, mulai sekarang tidak pakai sampling, langsung populasi saja," tandas Yasip.

Selain memastikan prosentasi pengukuran di kecamatan mau pun kelurahan, upaya memerangi stunting juga dilakukan dengan meningkatkan jumlah intervensi dalam upaya sensitif dan spesifik dengan mancantumkan realisasi capaian output.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan, kata Yasip, adalah melakukan pemeriksaan dan memberikan diagnose penyebab stunting. Dalam hal ini harus melibatkan tenaga medis dan ahli gizi untuk mengetahui penyebab stunting sehingga penanganan masing-masing balita akan berbeda.

Stunting menjadi salah satu dari 10 indikator evaluasi pelaksaanaan kinerja triwulan ke-3 Pj Wali Kota Salatiga yang akan dipaparkan ke Mendagri, September mendatang. Isi paparan adalah menunjukkan perbaikan dari kondisi triwulan ke-2 ke kondisi triwulan ke-3.

Indikator lainnya terkait dengan inflasi, kemiskinan ekstrem, pengangguran, BUMD, penyerapan anggaran, kesehatan, pelayanan publik, perizinan dan kegiatan unggulan di Pemerintah Kota Salatiga.