PMK Belum Usai, Dinas Pertanian Kota Semarang Catat 367 Sapi Positif Terpapar LSD

Dinas Pertanian (Dispertan) Kota Semarang mencatat 367 sapi di Kota Semarang terpapar Lumpy Skin Disease (LSD) yang merupakan penyakit hewan yang disebabkan oleh virus pox.


Kepala Dispertan Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur mengatakan kasus LSD di Kota Semarang saat ini adalah gelombang kedua karena sebelumnya sudah pernah ada. 

Kali ini kasus LSD di Kota Semarang pertama kali ditemukan oleh Balai Besar Veteriner (BBVet) Kota Semarang. BBVet pertama kali menemukan kasus dari sapi yang berasal dari Kabupaten Kendal dan masuk ke Kota Semarang.

Hernowo menyampaikan saat ini pihaknya telah menerima vaksin yang diberikan kepada sapi yang terpapar LSD. 

Sehingga saat ini pihaknya tengah melakukan upaya pengendalian, pemberian vaksin hingga penerapan biosecurity yang baik di kandang ternak. 

Upaya ini akan terus dilakukan oleh Dispertan, bahkan jika perlu akan diberlakukan pembatasan peredaran daging sapi dari wilayah terdampak LSD.

“PMK belum selesai sekarang ada LSD yang juga menyerang sapi tapi kita sudah lakukan upaya preventif sejak pertama kali ditemukan lagi. BBVet juga telah melakukan penanganan secara serius terhadap ternak yang terpapar,” kata Hernowo, Selasa (24/1).

Hernowo menyampaikan Kota Semarang sebagai Kota Perdagangan harus bisa berhati-hari dan memastikan ternak yang masuk ke Kota Semarang seperti dari Boyolali, Grobogan hingga Blora adalah ternak yang sehat. 

Sementara di Kota Semarang, daerah peternak sapi meliputi Mijen dan Gunungpati.

“Kita kembali lagi untuk PPKM bagi ternak harus dilakukan. Vaksin sudah kita dilakukan dan efektivitasnya cukup bagus, asal peternak melakukan biosecurity dan melakukan vaksinasi semoga bisa teratasi,” paparnya.

Hernowo menyebut ciri-ciri sapi yang terpapar LSD memiliki bintik-bintik di kulit hingga ke bagian kaki, meski ada beberapa ternak yang terpapar bintik-bintik tersebut tidak terlalu nampak. 

Ia menyebutkan jika penyakit LSD ini tidak akan menular ke manusia, hanya ke sesama ternak melalui perantara lalat atau kontak fisik langsung antar ternak.

“Memang tidak menukar ke manusia tapi dagingnya tidak layak konsumsi. Sebenarnya kalau dimasak dengan benar memang bisa tapi bentuk daging tidak mulus. Tapi kalau sapi sudah sembuh, daging boleh dikonsumsi,” jelasnya.

LSD atau cacar pada sapi ini, lanjut Hernowo, kan mudah menyerang hewan ternak yang memiliki imunitas rendah dan kebersihan kandang tidak terjaga dengan baik.

“Kasus LSD sudah mulai turun dari 426 ekor saat ini masih 367 yang terpapar ini juga karena vaksinasi kita berikan jadi tidak banyak lagi menular ke ternak lain,” tandasnya.