Promosikan Seni Budaya, Pemkab Kendal Pentas Wayang Orang Di TMII

Pemerintah kabupaten Kendal gencar mempromosikan seni dan budaya yang dimilikinya.  Salah satunya dengan menggelar pentas seni tahun 2019 di Taman Mini Indonesia Indah,  Minggu(14/7).


Pagelaran pentas seni ini digelar dalam bentuk wayang orang yang mengambil lakon "Pendadaran Sokalima" di pendopo anjungan Jawa Tengah.

Bupati Kendal, Mirna Annisa,  mengatakan,  pementasan wayang orang ini baru pertama kali digelar di TMII sebagai pengobat rindu warga Kendal yang ada di Jakarta

"Biasanya seni tari dan kethoprak,  namun kali ini dan baru pertama kali kita pentaskan wayang orang.  Masyarakat Kendal juga punya potensi bagus dalam melestarikan seni dan budaya," katanya.

Mirna menambahkan berterima kasih kepada masyarakat karena dengan dukungan dan kerjasama yang terjalin dengan baik bisa membuat Kabupaten Kendal semakin maju.

"Kabupaten Kendal saat ini menjadi salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mempercepat pembangunan. Kemajuan cepat ini karena masyarakatnya yang membantu kami di pemerintahan. Jadi saya ucapkan terima kasih kepada masyarakat Kendal atas kerjasamanya," tambahnya.

Sementara itu, sutradara wayang orang,  Sapto Gembong Nugraha,  mengatakan, para pemain wayang orang tersebut merupakan seniman lokal Kendal yang kebanyakan masih muda yang total keseluruhan pemain dan karawitan berjumlah 50 orang.

"Ini murni dari seniman lokal Kendal dan rata-rata masih muda.  Contohnya yang jadi Petruk dan Bagong itu juga masih sekolah. Kami ambil yang muda-muda sebagai regenerasi pemain, " katanya.

Menurut Sapto,  lakon ini mengisahkan persaingan Pandawa dan Kurawa dalam menyelesaikan pendidikannya kepada Durna dengan cara dipertandingkan di hadapan seluruh rakyat Kerajaan Hastina.

Puncak dari pertandingan ini adalah pertarungan antara Raden Permadi melawan Raden Suryaputra yang tidak lain adalah kakak sulungnya sendiri, yaitu putra Dewi Kunti dengan Batara Surya, sewaktu belum menikah dengan Prabu Pandu.

Durna melaporkan kelulusan para Pandawa dan Kurawa kepada Raja Dretarastra di Kerajaan Hastina memimpin pertemuan yang dihadiri oleh Resiwara Bisma, Dewi Gandari, Raden Yamawidura, Patih Sangkuni, dan Resi Krepa.

Hadir pula Durna yang melaporkan bahwa hari ini telah genap lima tahun para Pandawa dan Kurawa berguru ilmu perang kepadanya di Padepokan Sokalima.

Semua ilmu telah diajarkan olehnya, meliputi seni menggunakan senjata, ilmu memimpin pasukan, ilmu mengatur siasat perang, serta bagaimana caranya merusak formasi barisan perang.

Durna bercerita bahwa di antara murid-muridnya, Raden Permadi atau Arjuna adalah yang paling pandai dan berbakat, terutama dalam bidang panahan.

Tidak hanya siang hari, bahkan di malam hari sekalipun ia rajin berlatih panah dalam kegelapan. Pernah suatu hari Durna pura-pura diserang buaya di sungai.

Para pangeran berlomba-lomba hendak menolong, namun hanya Raden Permadi yang dengan sigap dan cekatan mengambil busur dan panah untuk membidik buaya tersebut.

"Inti dari lakon ini adalah sportifitas, kejujuran dan kerjasama para Pandawa dalam bertanding meskipun dicurangi oleh Kurawa. Hal ini sama saja dengan membuat kemajuan suatu daerah yang butuh kerjasama dari masyarakatnya," pungkasnya.