Ratusan milenial Kota Semarang hadir dan menikmati musikalisasi puisi bertajuk Seikat Kidung buat Negeri di Taman Indonesia Kaya, Sabtu (28/10) malam. Musikalisasi puisi dibawakan RedaWidi (duet Reda Gaudiamo dan Ganesha Wibisana) yang berkolaborasi dengan Teater Lingkar.
- Keren, Jawa Tengah Ditahbiskan Duta Bahasa Tingkat Nasional 2024
- Simfoni Sholawat: Menyambut Bulan Suci Ramadan Dengan Lantunan Sholawat
- GPH Bhre Terpilih Sebagai Mangkunegara X, Gibran: Beliau Sangat Kreatif
Baca Juga
Selama kurang lebih 60 menit, RedaWibi membawakan serangkaian puisi dari para penyair Indonesia seperti Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar dan masih banyak lagi.
Menyanyikan puisi atau musikalisasi puisi merupakan sebuah upaya untuk lebih mendekatkan puisi kepada masyarakat melalui musik. Pertunjukan juga semakin meriah dengan penampilan dari kelompok seni teater di Kota Semarang, Teater Lingkar yang menampilkan visualisasi dari musikalisasi puisi yang ditampilkan melalui lima puisi diantaranya yaitu Serumpun Padi (R. Maladi), Doa (Chairil Anwar), Tentang Kemerdekaan (Toto Sudarto Bachtiar), Di Restoran dan Hujan Bulan Juni (Sapardi Djoko Damono).
Reda Gaudiamo dikenal melalui sejumlah karya pertunjukannya bersama Ari Malibu (almarhum) dalam bentuk musik puisi yang melahirkan beberapa album. Aku Ingin dan Hujan Bulan Juni adalah dua puisi karya Sapardi Djoko Damono yang dinyanyikannya. Selain bermusik, Reda Gaudiamo juga seorang penulis.
Sedangkan, Ganesha Wibisana adalah seorang musisi dan pencipta lagu yang memulai karirnya di Bandung, dan menyanyikan lagu-lagu balada. Ia pernah membentuk grup Curly & Me, yang tampil berkeliling di Bandung dan Jakarta. Pertemuannya dengan Reda terjadi pada tahun 2017, dan mereka baru sempat tampil dua tahun kemudian. Selain bergerak di dunia musik, Wibi adalah seorang seorang desainer interior yang juga mengajar penuh waktu di Fakultas Industri Kreatif di salah satu Universitas di Tanah Air.
“Kolaborasi bersama Teater Lingkar di malam hari ini merupakan perayaan atas kekayaan budaya Indonesia dan kekuatan dari bahasa Indonesia yang mempersatukan kita semua. Pertunjukan ini juga menyajikan perpaduan inovatif antara puisi dan teater. Keahlian Teater Lingkar dalam bidangnya juga menambah kedinamisan dan memberikan pertunjukan ini warna tersendiri. Semoga pertunjukan ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di Semarang dan sekitar,” ujar Reda Gaudiamo.
Reda mengaku banyak memilih puisi karya Sapardi Djoko Damono, karena selain indah dan penuh makna, juga karena Sapardi yang mengajarinya musikalisasi puisi pada 1987 saat masih kuliah di Fakultas Sastra UI.
Pimpinan Teater Lingkar, Mas Ton, mengaku surprise karena baru pertama tampil berkolaborasi dalam musikalisasi puisi.
"Selama 43 tahun berdiri, kami selalu tampil sendiri, baik berteater maupun baca puisi. Kolaborasi ini sesuatu yang luarbiasa, apalagi penontonnya yang sangat mengapresiasi acara ini," ujar Mas Ton.
Renitasari Adrian, Program Director www.indonesiakaya.com. mengatakan, sejak diresmikan pada 10 Oktober 2018, Taman Indonesia Kaya senantiasa menjadi menjadi rumah dan wadah bagi para seniman dan masyarakat kota Semarang untuk mengenal dan mencintai budaya.
“Bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, Taman Indonesia Kaya ingin mendekatkan masyarakat kota Semarang, terutama generasi muda dengan puisi, dan keindahan yang terkandung di dalam bahasa Indonesia. Semoga selain dapat menyemarakkan peringatan Sumpah Pemuda, suguhan ini juga dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap puisi dan juga Bahasa Indonesia,” ujar Renitasari.
- Ini Arti Tema Semarang Night Carnival
- Yayasan Rumah Lengger Tampilkan Metamorfosa Lengger
- Warga Dusun Borangan Terima Penghargaan Atas Temuan Artefak Bekal Kubur Wong Kalang