- Viral Baliho Ucapan Ulang Tahun Sang DPR-RI
- Momen Haru Akad Nikah Putri Politisi PDI-P, Ganjar Pranowo Hadir Jadi Saksi Nikah
- BEM STIMIK Tunas Bangsa Banjarnegara Ajak Masyarakat Tolak Hasil Revisi UU TNI, Kepolisian, Dan Kejaksaan
Baca Juga
BAHWA KEMERDEKAAN ADALAH HAK SEGALA BANGSA
Masih tepatkah di era digital abad ke 21 terdapat kerabat atau pun inner circle dari Ketua Umum sebuah partai yang memposisikan diri sebagai figur yang berkarakter feodal?
Era digital pada abad ke 21 ini dipimpin Generasi Y, Generasi Z yang mengedepan dan selanjutnya akan disusul oleh Gen Alpha, dimana kehidupan mereka sudah tak terbiasa diatur oleh hirarki yang lebih tinggi (dalam hal ini orang tua) dalam keluarganya. Kebebasan cara berpikir, bertindak dan berpolitik pun telah berbeda dengan generasi generasi sebelumnya.
SETELAH TUMBANGNYA ORDE BARU
Pada tahun 1999, perolehan suara PDI Perjuangan di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) adalah 154 kursi dari 462 kursi untuk Partai. Perhitungan ini didapatkan karena 38 kursi diperuntukkan Fraksi Angkatan Bersenjatan Republik Indonesia (ABRI) saat itu. Sebagai partai rakyat PDI Perjuangan memperoleh 33.3% suara yang sebanding dengan 35.689.073 suara yang didapatkan pada saat itu.
Sedangkan perolehan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah adalah 41 kursi dari 90 kursi yang sebanding dengan 45.6% suara di Jawa Tengah.
Pada Pemilu 2024, 25 tahun berselang setelah Pemilihan Umum 1999, diperkirakan perolehan suara PDI Perjuangan di DPR RI adalah 12.610.378 suara yang sebanding dengan ± 16.39% (dari data yang masuk KPU 65.89 %). Menurut versi poll tracking, perolehan kursi PDI Perjuangan sekitar 107 kursi, dari rentang (90-125) kursi. Yang mana total kursi DPR RI adalah 575 Kursi dan semuanya untuk Partai Politik. Dari data diatas, sejak 1999 perolehan suara PDI Perjuangan mengalami penurunan. Maka atas dasar hal inilah, Penulis ingin membahas pemikiran refleksi atas PDI Perjuangan.
Logikanya, apabila sejak tahun 1999 PDI Perjuangan mampu memberikan kontribusi kemakmuran yang nyata kepada bangsa Indonesia, niscaya hingga saat ini PDI Perjuangan akan semakin dicintai oleh rakyat banyak dan perolehan suaranya justru akan meningkat dan bukan sebaliknya yang terjadi.
PARTAI POLITIK SEBAGAI PILAR KEHIDUPAN DEMOKRASI BERBANGSA (MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR 1945)
Pembentukan partai politik pada dasarnya merupakan salah satu pencerminan hak warga negara untuk berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapat sesuai dengan Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945. Melalui partai politik, rakyat dapat mewujudkan haknya untuk menyatakan pendapat tentang arah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Membahas partai politik pada Undang-undang Dasar 1945, teringat akan viralnya Bambang Pacul (Ketua DPP PDI Perjuangan 2020-2025) tentang dialog dengan Rocky Gerung. Dialog itu membahas bahwa jika terjadi kesalahan arah kehidupan berbangsa atau dirasakan sesuatu yang salah telah terjadi dalam berbangsa dan bernegara, maka tanggung jawab ini ada di pundak para Ketua Umum Partai di Indonesia.
KELAKAR DAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA
Demokrasi liberal yang diterapkan pasca era Orde Baru menjadi tempat subur tumbuhnya partai-partai baru. Cukup banyak pula partai peserta pemilu yang memperoleh suara di bawah 1%.
Dalam hal membahas Parpol di Indonesia, saya sangat mengapresiasi partai Golkar yang pada tahun 1997, 1998, 1999 mendapatkan berbagai tekanan baik secara langsung atau tidak langsung, dan bahkan hendak dibubarkan oleh pemerintahan Gus Dur karena Golkar telah membuat keterpurukan bangsa Indonesia. Namun, melalui figur, tokoh dan politikus yang piawai dan cerdik partai politik ini telah dapat terselamatkan dan bertahan (survive) bahkan secara perlahan dapat pulih (recover). Kelakar di antara para politikus tentang Partai Golkar adalah partai ini seperti perusahaan terbatas (PT) yang Tbk (terbuka).
PKB, PAN, dan PPP serta PKS, bagi saya dan menurut pandangan saya, adalah bagian dari partai yang sektarian karena menurut saya istilah nasionalis–religius tidak ada. Yang ada adalah apabila bersifat nasionalis ya partai itu adalah nasionalis, demikian juga apabila partai berkarakter religius ya partai itu religius.
Meski partai politik di atas ada nuansa nepotismenya, namun ada pula yang berkarakter Perusahaan Terbuka.
Dalam hal PDI Perjuangan, Partai Demokrat, juga Partai Nasdem dan Partai Gerindra (keduanya perlu dicermati saat mereka mengadakan Musyawarah Nasional atau kongres nanti) mempunyai kecenderungan sebagai CV (partai keluarga/milik perorangan).
TRANSFORMASI KEPEMIMPINAN PDI PERJUANGAN
Pada kongres mendatang yakni pada Januari 2025, akankah PDI Perjuangan melakukan transformasi dari partai yang berkarakter CV (commanditaire venotschaap – atau persekutuan) menjadi partai yang Tbk untuk menyongsong masa depan yang lebih baik?
Atau masih memiliki ciri-ciri status quo dan tetap memelihara diri sebagai Partai yang berkarakter CV?
Di masa lalu politik Indonesia kental diwarnai oleh tokoh atau figur politik yang dapat memenangkan hati rakyat, terkadang diperlukan tokoh yang memiliki karisma untuk merebut hati rakyat.
PDI Perjuangan sebagai partai yang setidaknya memiliki ideologi yang jelas sebagai platformnya seharusnya mampu dan lebih memiliki kesempatan untuk melakukan diferensiasi dan mewujudkan kemakmuran rakyat melalui program program partai yang membumi.
Dalam hal ini karakter kenegarawanan seorang Ketua Umum Partai sangat diperlukan atas kedudukannya yang sakral tersebut. Jika kita ingat masa lalu dan bahkan yang masih berlaku hingga saat ini yang membawa keberhasilan sebuah entitas sangat bergantung pada karakter pemimpinnya, yang umum kita dapati "The Man behind the Gun".
Karakter leader akan senantiasa memberikan pengaruh (influence) kepada kadernya, jajarannya dan rakyatnya. Oleh karena itu menjelang Januari 2025, rakyat PDI Perjuangan, kader dan seluruh jajaran PDI Perjuangan harus dapat menemukan sosok pemimpin yang negarawan, mumpuni dan mencintai rakyat Indonesia pada umumnya, dan mencintai Rakyat PDI Perjuangan secara khususnya untuk dapat mewujudkan visi dari para pendiri bangsa (founding father) yaitu mencapai Negara Republik Indonesia yang makmur dan sejahtera lahir bathin.
SETELAH MENANG DAN BERADA DI ZONA NYAMAN
Setelah 10 tahun (2004-2014) menjadi partai oposisi dan 10 tahun kemudian (2014-2024) mengklaim sebagai partai pemenang, tatanan kehidupan jajaran partai dan kader telah berubah dan masuk ke zona nyaman yang notabene 180 derajat. Perubahan kehidupan jajaran partai dan kader telah membuat mereka nir visi (no vision), pragmatis dan materialistik dan yang menempatkan mereka di zona nyaman. Tujuan berpartai terdegradasi oleh perilaku jajaran partai dan kader. Sehingga pada Pemilu 2024 terjadilah koreksi, penghakiman (judgement) and penghukuman (punishment) dari rakyat. Meski pun tetap menjadi partai pemenang, namun PDI Perjuangan mengalami penurunan 5% suara (mencukupi syarat untuk 1 partai agar masuk ke Senayan).
Kondisi ini sebaiknya digunakan sebagai cermin oleh partai agar di masa mendatang PDI Perjuangan tidak kehilangan ruhnya. Terlebih Koalisi 02 saat ini memiliki ide tentang koalisi besar yang dapat mungkin terwujud sebagai koalisi permanen yang dapat memarjinalkan kembali PDI Perjuangan seperti di era Neo Orba/Neo Golkar dulu. Apabila Ketua Umum Golkar yang baru dipenuhi ide untuk mewujudkan Barisan Nasional yang berada di tengah, maka hal ini sangat memungkinkan karena Partai Golkar menjadi partai terbesar kedua di dalam koalisi tersebut.
Sebaliknya jika PDI Perjuangan turut tenggelam di dalam kehidupan pragmatis partai maka akan menjadi sulit untuk menjadi partai pemimpin (leading party) dan pemenang (the winner) kembali di masa mendatang. Positioning PDI Perjuangan tidak menutup kemungkinan menjadi pengikut (follower) saja seperti halnya pada Pemilu 2024 jika PDI Perjuangan bergabung di dalam pemerintahan.
Melihat perkiraan bola pemerintahan hasil Pemilu 2024, maka tidak tertutup kemungkinan pola Pemilu 2024 ini akan dilestarikan pada pemilu-pemilu berikutnya. Terlepas PDI Perjuangan ada di dalam atau di luar Pemerintah karena kartelisasi partai sudah terjadi, maka kartel semacam ini akan menjadi monopoli bila mereka menguasai 2/3 sampai 3/4 kursi di DPR RI.
Kader-kader militan PDI Perjuangan dalam kurun waktu 25 tahun setelah Reformasi 1998 sudah berkurang. Banyak di antaranya yang telah meninggal dunia, dan ada yang sudah sepuh. Diharapkan dengan darah baru, PDI Perjuangan dapat segera melakukan langkah-langkah pengelolaan partai yang lebih baik agar kelak suara Pemilu 1999 dapat pulang kandang di tengah situasi politik yang terfragmentasi dan bola pemerintahan ada pada partai lain.
Selamat bekerja dan berbenah diri menjelang kongres partai di tahun 2025, PDI Perjuangan.
- Viral Baliho Ucapan Ulang Tahun Sang DPR-RI
- Momen Haru Akad Nikah Putri Politisi PDI-P, Ganjar Pranowo Hadir Jadi Saksi Nikah
- Pertemuan Tanpa Orgasme (Antiklimaks) Mega-Prabowo (1)