Peperangan terjadi di kampung Bustaman Semarang. Antar warga saling melakukan aksi lempar di setiap sudut Kampung itu. Kekacauan terjadi seketika, saat bedhug masjid mulai dibunyikan.
- Terong Susu Simbol Keberlimpahan Rezeki dan Kemakmuran, Mulai Hiasi Rumah Jelang Imlek
- Seni Barongan Meriahkan Festival Olahraga Rekreasi di Gor Indoor Batang
- Walikota Solo Dapatkan Gelar Kanjeng Pangeran Haryo dari KGPAA Mangkunegara X
Baca Juga
Warga mulai saling melempari. Tentunya, gelak tawa dan kemeriahan langsung pecah dan semakin memancing warga untuk saling melempar air.
Ketua pelaksana, Arya Arsadya, mengatakan acara Gebyuran Bustaman tersebut merupakan tradisi yang sudah ada sejak lama. Kata dia, kegiatan perang air itu dibuat sejak lima tahun yang lalu.
Memang ini, kami lakukan secara meriah, saling lempar antar warga. Sebetulnya, ini dimaksudkan supaya warga bersuci diri sebelum bulan Ramadhan," kata dia di sela acara, Minggu (13/5).
Arya mengatakan, Gebyuran Bustaman menjadi tradisi yang menarik bagi warga. Alasannya, supaya lebih meriah. Bahkan, lanjut dia, sebisa mungkin ada gagasan yang bisa diungkap untuk kemajuan kampung.
Seperti tadi, sebelum gebyuran, kami gelar diskusi Peka Kota ke-36. Membahas soal Rumah Pemotongan Hewan. Apapun hasil diskusi yang disepakati, perlu didorong bersama," imbuh dia.
Arya berharap, ke depan acara Gebyuran selain membawa nilai spiritual juga bisa membahas mengenai kampungnya. Dengan demikian, lanjut dia, remaja dapat memahami semangat warga untuk membangun kampung mereka.
- Merawat Tradisi Kerukunan Keluarga Besar Bangsa Indonesia
- Lestarikan Budaya Leluhur Melalui Pelatihan Karawitan dan Sastra Jawa
- Walikota Solo Dapatkan Gelar Kanjeng Pangeran Haryo dari KGPAA Mangkunegara X