Kota Semarang melakukan ekspor daun lompong atau daun talas dalam bentuk kering ke negeri Kanguru, Australia.
- CIMB Niaga Torehkan Prestasi sebagai Unit Usaha Syariah Terbesar di Indonesia
- Kelindan Para Presiden Republik Indonesia Dengan Sritex
- Rumah BUMN Semen Gresik Perluas Jejaring dan Perkuat Kapasitas UMKM
Baca Juga
Kota Semarang melakukan ekspor daun lompong atau daun talas dalam bentuk kering ke negeri Kanguru, Australia.
Sebanyak 3,6 ton daun lompong kering akan diberangkatkan ke Australia melalui CV. Dian Pratama, yang disaksikan oleh Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita G. Rahayu dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Tengah, Arif Sambodo.
Mbak Ita, sapaan Wakil Wali Kota Semarang, mengatakan, ekspor daun lompong kering ini memang baru pertama kali dilakukan di Kota Semarang. Dirinya menyebut potensi ekspor daun lompong memiliki peluang yang luar biasa besar. Bahkan harga jual dari petani terbilang cukup tinggi yakni Rp18.000 per kilogram.
"Untuk dapat 1 kg daun lompong kering itu butuh 10 helai daun basah, dan untuk penanaman di lahan untuk satu hektarnya bisa 20 ribu tanaman lompong, dan satu tanaman itu bisa menghasilkan lima helai daun, pemeliharaannya juga tidak susah, makanya ini adalah peluang yang cukup besar," kata Mbak Ita, Senin (24/5).
Daun lompong yang diekspor ke Australia akan digunakan untuk meracik minuman herbal. Bahkan selain Australia sudah ada Eropa dan Amerika yang juga berkeinginan untuk mendapatkan daun lompong kering.
Mbak Ita juga mengimbau kepada masyarakat Semarang bisa ikut membudidayakan tanaman lompong yang memiliki potensi ekspor. Daun lompong yang akan diekspor masih didatangkan dari Jawa Barat dan Jawa Timur.
"Justru di Semarang belum ada, tapi eksportir malah dari Semarang, sehingga ini daun lompongnya masih ambil dari Jawa Barat dan Jawa Timur, justru Jawa Tengah belum ada makanya kita dorong petani Jawa Tengah khususnya Kota Semarang," jelasnya.
Senada, Kepala Disperindag Jawa Tengah, Arif Sambodo mengatakan, pertumbuhan ekspor dari Jawa Tengah ke Australia saat ini sudah mencapai 24%. Artinya, masih banyak peluang untuk peningkatan perekonomian masyarakat Jawa Tengah.
"Kita bisa dorong produk herbal dari Indonesia yang ternyata permintaanya di luar itu sangat tidak disangka, mulai dari daun lompong, ketepeng, daun jati, ini akan bisa menjadi sisi lain yang bisa langsung dinikmati oleh petani tanpa perlu takut tidak laku karena sudah ada eksportir dengan harga yang menjanjikan," kata Arif.
Arif menambahkan, budidaya produk non tradisional bisa terus digenjot maka akan menjadi salah satu potensi untuk Jawa Tengah khususnya Kota Semarang untuk membangkitkan perekonomian lebih baik.
"Untuk ekspor dari sisi pertanian memang belum begitu banyak angkanya baru sekitar 7-8% se-Jawa Tengah lainnya kebanyakan dari industri pengolahan, maka dari itu kita akan dorong untuk bisa meningkatkan produk pertanian agar bisa tembus hingga pasar ekspor," pungkasnya.
- Pertamina Kenalkan Pertamax Green 95, Bensin Nabati Berkualitas Pertama di Indonesia
- PUPR Minta Perhatian Pemda Wujudkan Hunian Vertikal
- Kadaop 4 Semarang Yang Baru Inspeksi Jalur Rel Cepu-Brumbung