Sempat Diare, Pandu Pratama Sumbang Emas untuk Jateng dalam PON Papua

Pandu Pratama, Atlet Wushu asal Kota Salatiga/ist
Pandu Pratama, Atlet Wushu asal Kota Salatiga/ist

Salah satu cabang olahraga (Cabor) yang dilombakan dalam PON XX Papua dan menyumbangkan Medali Emas bagi Provinsi Jawa Tengah adalah Wushu.


Putra asli Kota Salatiga, Laksmana Pandu Pratama ternyata memiliki kisah menarik hingga ia berhasil menggondol Emas pertamanya di kejuaraan bergengsi antar Provinsi itu.

Kepada RMOLJateng, pemuda kelahiran Salatiga, 16 November 1997 tersebut menyebutkan apa yang ia capai saat ini tidak semudah orang bicara dan membalikkan telapak tangan.

Mempertandingkan dua kategori, Sanda (tarung) dan Taolu (seni) Pandu, demikian biasa Laksmana Pandu Pratama biasa disapa, berhasil meraih medali emas dengan bermain di kelompok Sanda kelas 52kg.

Mengaku mengalami satu kejadian yang tak bakal diinginkan oleh seluruh atlet apalagi jelang pertandingan, Pandu menyebut ia sempat mengalami diare.

"Kemarin saat semifinal ada sedikit kendala sakit diare. Mungkin karena tidak cocok sama makannya juga tidak tahu. Pada saat itu juga saya langsung ketemu musuh paling berat yang notabenya sudah senior dikelas saya sekaligus lama juara dikelas 52 kg yakni Gunawa dari Jatim mantan pemegang sabuk One Pride juga," ujar Pandu, Sabtu (16/10).

Sebagai informasi, Pandu yang merupakan atlet Wushu dengan dasar beladiri karate ia sebelumnya pernah bertemu dengan Gunawan di Pra PON sekaligus musuh di final.

Dengan ilmu yang ia peroleh selama latihan serta gemblengan Sinse Mongin sekaligus pelatih Pandu dari kecil dan telah menjadi Bapak baginya, mahasiswa Unnes ini akhir berhasil meraih mimpinya.

"Ini Emas PON pertama saya karena saya juga baru sekali ini mengikuti ajang terbesar di Indonesia yaitu PON," ujar Pandu, yang kini menetap di Jalan Bangau No 119, Klaseman RT 05/09, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Salatiga.

Mengaku sangat bahagia atas capaian prestasi yang peroleh, sempat ada kekhawatiran saat bertolak menuju PON para atlet tidak bisa pulang semua.

"Sehingga kita sempat berpamitan lewat video call. Dikarenakan takut jika kita terkena covid kita tidak bisa bertanding. Dan saat itu sebelum berangkat ibu saya ulang tahun. Sehingga saat bertanding ada momen memaksa diri sendiri karena keinget ibu ulang tahun," kenang Pandu.

Dan emas ini, lanjut dia, sekaligus kado bagi ibu tercinta serta pelatih yang telah m melatihnya sedari kecil Yaitu Sinse Mongin.

"Emas PON ini juga kado untuk tempat latihan saya yang barusan ulang tahun dan senior-senior saya, junior-junior saya, masyarakat Salatiga serta Jawa Tengah," imbuhnya.

Dibalik keberhasilannya, Pandu mengisahkan jika sebelum berangkat PON ia dan beberapa atlet sempat terganggu program. Pasalnya, ada beberapa atlet ada di Pelatnas Jakarta termasuk Pandu ketika kurang dua bulan mereka dipulangkan.

"Sehingga program berubah lagi dan kita harus segera menyesuaikan dan menemukan perform terbaik kita lagi," imbuhnya.

Dibantu pelatih Slamet dari Kabupaten Semarang untuk latihan, alhamdulilah selama dua bulan lancar. Karena untuk tidur dan latihan semua bisa disatu tempat yang sama sehingga tidak keluar-keluar lagi.

"karena kita dibatasi tidak boleh keluar-keluar dari Mes, berbarengan juga Covid-19 sedang gencar-gencarnya," pungkasnya.

Meski demikian, Pandu mengaku untuk kegiatan libur latihan ia tetap melakukan rest aktif. Entah bermain voli atau lain sebagainya.

Bersama sejumkah atlet lainnya, ia mengasah ilmu yang didapat dengan latihan selama tiga kali sehari selama 2 jam. Dan dapat libur 1 hari.

Pandu juga mengaku melakukan 'sparing patner' dengan atlet-atlet kota di Jawa Tengah selama 3 minggu.

"Karena kita juga lama tidak bertanding dikarenakan covid. Sparing ini bertujuan mengembalikan perform kita lagi agar maksimal. Selang kurang satu bulan juga kita melakukan aklimatisasi atau penyesuaian dengan jam di sana dan jam pertandingan," sebutnya.

Sebagai atlet pertama yang pulang kampung bersama dua atlet Wushu Sanda lainnya serta pelatih Sinse Mongin dikarenakan jadwal pertandingan paling awal sehingga selesai lebih dahulu, Pandu juga membawa kabar mengembirakan di bidang pendidikan yang ia tempuh.

"Alhamdulilah sudah lulus 8 semester, baru mau wisuda besok tanggal 21 Oktober dan alhamdulilah juga dapat hasil cumlaude," aku Pandu, yang mengecam pendidikan dari SD hingga di SMA di Salatiga dan sempat berpindah pindah ke SMA Negeri 14 Semarang.