Shinta Nuriyah : Puasa, Padamkan Api Kebencian

Ibu Negara ke-4 Dra Hj Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid MHum mengatakan, Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama, ras. Meskipun berbeda-beda tapi mereka adalah saudara.


Kalau saudara, bolehkah kita saling gontok-gontokan?, cakar-cakaran?, saling hujat?, fitnah ? melontarkan kebencian ?, kebohongan?," tanyanya kepada warga masyarakat Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Purbalingga, yang spontan menjawab ’Tidak!’.

Shinta datang ke Masjid R Sayyid Kuning Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Kamis (16/5) untuk melaksanakan buka puasa bersama. Acara puasa bersama itu juga dihadiri oleh beberapa komunitas lintas agama. Pada siang harinya, panitia penyelenggara juga mengadakan berbagai kegiatan seperti cooking class di Balai Desa Onje, Pemeriksaan Mata di Madrasah Diniyah, Pembagian Kacamata dan bantuan lainnya.

Shinta mengatakan, kalau tidak boleh hal tersebut dilakukan, maka ia mengajak beberapa hal. Diantaranya adalah menjalin kerukunan, kedamaian, saling asih dan asuh, saling menghormati, saling tolong menolong.

Ia juga menyampaikan, dengan berpuasa akan mengajarkan moral dan budi pekerti luhur dan kesabaran.  Sebab kalau puasa, apakah kita boleh marah? boleh tidak jujur?. Semua itu kita tahan saat puasa. Dengan berpuasa kita jadi bisa merasakan penderitaan orang lain. Sehingga kita terdorong untuk tolong menolong. Itu harus kita laksanakan tidak hanya bulan puasa tapi juga bulan lainnya.

Sementara itu Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengungkapkan, toleransi sampai hari ini masih terjaga.

Beberapa kegiatan hajat seperti Pemilu di Purbalingga berlangsung aman damai tertib dan kondusif tidak ada halangan. Warga masyarakat sampai hari ini guyub rukun menjunjung tinggi gotong royong," katanya.