SMAN 5 Semarang Pelopori Workshop Sekolah Ramah Anak

Sebanyak 86 karyawan dan guru di SMAN 5 Semarang mengikuti workshop Sekolah Ramah Anak dengantema Penerapan Disiplin Positif dan Pencegahan Bullying yang diadakan selama empat hari di aula SMAN 5, Senin (24/5)


Sebanyak 86 karyawan dan guru di SMAN 5 Semarang mengikuti workshop Sekolah Ramah Anak dengantema Penerapan Disiplin Positif dan Pencegahan Bullying yang diadakan selama empat hari di aula SMAN 5, Senin (24/5)

Kepala Sekolah SMAN 5 Semarang, Siswanto mengatakan dengan adanya workshop Sekolah Ramah Anak diharapkan guru dan karyawan di SMAN5 bisa mendapat pembelajaran terkait dengan bagaimana mengajarkan kedisiplinan kepada anak tanpa kekerasan.

"Ini adalah inisiatif dari para guru untuk mengadakan kegiatan sekolah ramah anak terkait dengan disiplin positif dan anti bullying karenaini adalah paradigma baru dalam suatu pembelajaran dalam suatu pembelajaran dan kami ingin ini bisa berimbaspada pelayanan pendidikan yang maksimal dalam mendidik anak yang manusiawi dan tidakmenggunakan kekerasan," kata Siswanto, Senin (24/5).

Siswanto mengatakan, pihaknya akan mendidik murid dengan mengedepankan komunikasi, kerjasama, komitmen dan disiplinpositif.

Artinya akan mengajarkan kebiasaan saling menghargai dan tidakterlepas dari kemampuan berpikir, bernalar dan mencari solusi bersama untuk sebuah permasalahan yang dihadapi.

"Disekolah kita kasus bullying memang relatif kecil karena selama ini tidakada laporan tersebut, tapi kita selaluantisipasi karena usia anak sekolah pasti ada bullying meski masih dalam tingkat rendah," ungkapnya.

Jika Pun ada kasus bullying yang terjadidi SMAN 5, maka pihak sekolah akan memberikan solusi terbaik bagi kedua belah pihak.

Siswanto berharap, sekolahan adalahtempat yang nyaman bagi murid dan guru untuk proses belajar mengajar denganmengedepankan sikap menghargai kepadasesama.

"Selama ini nki6ta sudah masuk kesana kita menggunakanpendekatan secara lunak jadi kita panggil orang tua, kitaajak bicara dna kita beri motivasi pendidikan kepada anaknya, jadi kita lebih sering untuk menjemput bola agar mereka lebih paham apa yang harusdilakukan," bebernya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Padmaningrum menyebut hampir semua sekolahbaik di semarang dan di Jawa Tengah telah mendeklarasikandiri sebagai Sekolah Ramah Anak.

Namun disini, tambahnya, butuh implemetasiyangs esungguhnya untuk bisa menciptakan pola pikir guru dan siswa dalams ebuiah pembelajaran yang baik tanpa adanya kekerasan.

"SMAN 5 sudah lakukan deklarasi untuk menjadikan sekolah ramah anak tapi dibutuhkan implementasi yang sebenarnya jadi mindset guru dalam pola pelajaran, sarpras sekolah yang diperlukan karena sekolah ramah anak ini juga harus mengimplementasikan pembelajaran denganmemanusiakan manusia," jelas Padma.

Dengan pembelajaran yang berdasar pada "memanusiakan manusia" ini, imbuhnya, akan menjadi wujud tidak adanya kekerasan, bullying, lingkungan sekolah aman dan nyaman, serta menjadikan sekolah bisa menjadi tempat yang menyenangkan dan memberikan pandangan kemasa depan bagi peserta didik.

"Guru adalah fasilitator untuk mengarahkan anak untuk lebih baik, karena dimanapun sekolah itu pasti kekerasan itu ada. Guru dalam menyusun kurikulum perlu melakukan pembiasaan dalam menghadapi anak-anak, jadi sekolah ramah anak ini akan mengakomodir dan memberikan hak-hak yang terbaik untuk anak," tandasnya.