Sosoknya kalem, cantik, keibuan, namun jangan sangka dibalik keanggunan dirinya.
- Peringatan Haul KH. Muchtarom Ke-30 dan Hj. Ruminah Hasanah Ke-5 di Kalikondang Dihadiri Ratusan Jamaah dan Berlangsung Khidmat
- Wakil Ketua PDI-P Jawa Tengah, Sri Ruwiyati, Asal Banjarnegara Tutup Usia
- Uswatun Mufti, Perempuan Sukses di Balik Produk Zoefa Snack
Baca Juga
Naila Novaranti merupakan sosok wanita pertama yang berhasil terbang dengan parasut (skydyving) dari ketinggian puncak dunia Mount Everest dengan membawa bendera Indonesia.
Bersama tiga warna negara lain, di tahun 2018 setelah melaui seleksi ketat, akhirnya Naila berhasil terjun dan membawa bendera Merah Putih terbang dari ketinggian.
Bahkan nama Naila masuk dalam kategori 100 orang di dunia yang pernah terjun di Everest. Menjadi orang pertama yang membawa bendera merah putih ke langit tertinggi di dunia pada tahun 2018 lalu.
Sederet prestasi lain juga melekat pada wanita kelahiran Jakarta, ini juga menjadi atlet internasional dan instruktur terjun payung atau skydiving internasional di 46 negara baik sipil maupun militer.
Bahkan Naila juga dipercaya melatih terjun payung pada pasukan khusus Indonesia.
Siapa sangka juga Naila sudah menaklukkan enam benua di dunia dengan aksi terjun payung. Tahun ini Naila akan kembali siap menaklukan satu benua lagi yaitu benua
Antartika.
Benua Antartika adalah benua ketujuh yang bakal ditaklukan Naila.
Dengan begitu, jika Naila berhasil maka akan menjadi penerjun payung perempuan pertama dan orang Indonesia pertama yang bisa menaklukkan tujuh benua di dunia dengan terjun payung.
"Minta doanya ya, tahun depan saya akan kembali melakukan skydiving ke benua Antartika," jelas Naila kepada RMOLJateng, Selasa (20/8).
Menurut Naila, sudah delapan tahun lamanya, dirinya berselencar di udara dengan keahlian skydiving yang diperolehnya dengan menempuh pendidikan USPA (United States Parasut Association) Amerika Serikat.
"Awalnya tertarik skydining karena saya pernah bekerja di perusahaan parasut di Amerika. Dan saya pahami betul seluk-beluk masalah parasut," lanjutnya.
Saat menjalani olahraga ekstrim ini, bukan tanpa resiko. Mengalami luka bahkan nyaris kehilangan nyawa pernak dilakoninya. Namun hal itu tidak menyurutkan keinginannya untuk tetap menjalani profesinya sebagai atlit skydining internasional.
"Mulai dari patah tulang di bagian tangan dan kaki, bermasalah dengan tulang ekor. Bahkan pernah parasut saya tak bisa dibuka, padahal sudah dekat dengan darat," imbuh Naila.
Namun meski memiliki resiko tinggi ibu tiga anak anak tetap konsisten di dunianya. Untuk itulah Naila bersama dengan beberapa atlit wanita lain mendapatkan Anugrah Ikon Prestasi Pancasila 2019 dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Merasakan lama hidup di luar negeri bahkan menikah dengan pria warga negara asing, namun Naila enggan untuk pindah kewarganegaraan. Pancasila dan Merah Putih sudah terpatri dalam kehidupan Naila, Srikandi Wanita Indonesia di dunia skydiving ini.
"Saya tetap WNI, meski sering bolak-balik ke luar Negari dan bekerja di negeri orang saya akan tetap menjadi WNI. Bahkan tiga anak saya juga hidup dan tinggal di sini, Indonesia," tandasnya.
- Pemuda Guci, Pemuda Pelopor Nasional 2024 Berprestasi di Bidang Pariwisata
- Novel Baswedan Menangis Di Hari Pertama Kerja
- 14 Tokoh Jateng Terima Penghargaan Tokoh Prestasi Jawa Tengah 2023