Susul Jakarta, Benarkah Semarang Bakal Tenggelam?

Rob di Kawasan Industri Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang semakin parah dan menggangu industri hingga banyak yang memilih gulung tikar. Dicky Aditya/RMOLJateng
Rob di Kawasan Industri Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang semakin parah dan menggangu industri hingga banyak yang memilih gulung tikar. Dicky Aditya/RMOLJateng

Banyak penelitian berbagai sumber memprediksi Kota Semarang akan menyusul Jakarta bakal tenggelam dalam kurun 50 tahun mendatang.


Faktor pemicunya rob semakin meluas, penurunan permukaan tanah, serta banjir tahunan tak kunjung berhasil ditangani dan selalu saja terjadi. 

Kajian ilmiah juga cukup membuktikan fakta itu diperkuat dengan berbagai bukti langsung sesuai fakta di lapangan. 

Bencana rob pesisir semakin ganas, terlebih diperparah penurunan permukaan tanah sampai 10-15 cm setiap tahun. Belum lagi dengan banjir tahunan hingga sekarang masih jadi ancaman bagi masyarakat Kota Lumpia. 

Prediksi Semarang tenggelam dalam puluhan tahun itupun sudah bukan sesuatu asing bagi masyarakat luas. Namun, beberapa menganggap hal itu biasa dan sebagian merasa was-was khawatir jika ramalan berdasarkan penelitian itu benar-benar bakal terjadi. 

Lantas, apakah itu sekedar teori ataukah mungkin benar-benar jadi kenyataan? 

Menjelaskan kemungkinan bakal terjadi, Pengamat Perencanaan Wilayah dan Tata Kota Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang Dr Mila Karmilah punya asumsi, bukan mustahil Semarang akan terkepung lautan jika penanganan rob tidak berhasil membuahkan hasil. 

Dua masalah besar dihadapi sebagai PR, menyelesaikan penanganan rob serta mengatasi banjir untuk bisa menghapus asumsi Semarang jadi wilayah langganan banjir dan rob tiap tahun. 

"Tentu penelitian rujukan munculnya prediksi 'Semarang Tenggelam' berdasar kajian ilmiah dan teoritis melihat kondisi nyata dampak rob, banjir, dan penurunan permukaan tanah. Kita prihatin dengan fenomena land subsidence atau penurunan permukaan tanah puluhan centimeter dalam satu tahun," katanya, Kamis (11/7). 

"Namun, industri di pesisir sebagai salah satu diduga pemicu penurunan tanah itu sudah banyak berhasil direlokasi, dan hasilnya beberapa tahun ini cukup baik, tidak separah sebelumnya. Agar tidak sampai terjadi, upaya penanganan rob sejauh ini kita tunggu hasilnya," tambahnya.

Infrastruktur dibangun pemerintah untuk bisa tangani rob, terang Millah, sepertinya mulai menunjukkan hasil. Bukti sebenarnya akan dinanti-nantikan masyarakat karena sudah menunggu selama puluhan tahun. 

Namun, sekedar infrastruktur saja kemungkinan tidak akan cukup jika tidak dimaksimalkan sekaligus dengan program rehabilitasi pesisir berkelanjutan. 

Kenyataan fakta dihadapi, salah satunya permasalahan sulit untuk menahan beban rob karena kerusakan pesisir dan menyebabkan abrasi meluas setiap tahunnya. 

Oleh karena itu, Millah mempunyai gambaran, pemerintah dalam rencana jangka lama untuk atasi rob dapat menggabungkan penanganan kerusakan pesisir serta didukung perencanaan infrastruktur secara masif. 

"Jelas harus balance dua-duanya, pesisir Semarang dan Demak kita tahu sendiri rusak bertahun-tahun tergerus abrasi. Meski infrastruktur lengkap, konservasi mengembalikan ekosistem pesisir juga sifatnya wajib diperhatikan," tegasnya.

"Ekosistem alami juga punya peranan dalam menangkal rob, agar ada semacam tanggul hijau untuk mencegah rob makin luas. Dan satu lagi, dampak pembangunan infrastruktur sendiri juga mesti jadi perhatian karena tentu ada sisi positif dan negatifnya bagi alam dan masyarakat sekitar," terang Millah menandaskan.