Tuk Panjang Pasar Imlek Semawis, Ada Sajian Makanan Khas Simbol Keberagaman Semarang 

Tuk Panjang Rangkaian Perayaan Imlek Di Pasar Imlek Semawis Semarang Dipercaya Masyarakat Tionghoa Membawa Keberuntungan Selain Sebagai Bentuk Melestarikan Budaya Dan Keberagaman Kota Semarang. Istimewa
Tuk Panjang Rangkaian Perayaan Imlek Di Pasar Imlek Semawis Semarang Dipercaya Masyarakat Tionghoa Membawa Keberuntungan Selain Sebagai Bentuk Melestarikan Budaya Dan Keberagaman Kota Semarang. Istimewa

Semarang - Sajian kuliner khas dihidangkan bagi masyarakat yang berkunjung di Pasar Imlek memaknai perayaan Imlek disebut dengan Tuk Panjang. Tuk Panjang jadi rangkaian acara Imlek di Pasar Semawis, Kota Semarang yang digelar 25-27 Januari.


Kuliner makanan yang disajikan disitu,merupakan bentuk akulturasi budaya Tionghoa dan sajian rakyat turun temurun. 

Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis), Harjanto Halim menjelaskan, makanan dan minuman kuliner khas Imlek yang disajikan untuk Tuk Panjang memiliki makna filosofi dan menjadi simbol yang diyakini membawa keberuntungan Imlek. Identik pula, Kota Semarang yang kental budaya perpaduan bersatu dalam keberagaman dari masa ke masa hingga sekarang. 

"Ada maknanya yang bagi masyarakat Tionghoa dipercaya sebagai pembawa keberuntungan Imlek tahun ini jauh lebih berlimpah kebahagiaan. Selain itu, juga dalam melestarikan budaya khas Kota Semarang yang hidup berdampingan dengan masyarakat Tionghoa," terang Harjanto Halim. 

Acara Tuk Panjang dalam perayaan Imlek, hadir sebagai tradisi rutin menghidangkan berbagai macam kuliner khas Tionghoa dan sajian rakyat turun temurun Kota Semarang dihidangkan di atas meja panjang. 

Masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa hidangan Tuk Panjang tak sekedar melestarikan budaya tetapi yakin sebagai cerminan perayaan Imlek berbeda dengan harapan dan keberuntungan diinginkan setiap tahunnya. 

Menurut Harjanto Halim, setiap kuliner sajian itu memiliki simbol lambang bahwa Imlek tahun ini masyarakat akan mendapatkan rezeki lebih berlimpah. Selama ini, bagi warga Tionghoa di Semarang semua kuliner sering dianggap sebagai lambang kehidupan yang harmonis, namun membawa kebahagiaan dan simbol hoki atau keberuntungan. 

"Ada makna dari semua makanan yang dihidangkan, selain hanya sebagai sajian wajib ketika Imlek. Warga Tionghoa di Kota Semarang percaya dan yakin rasa makanan yang berbeda-beda dan disajikan bersama seperti lambang keberagaman budaya yang dimiliki Kota Semarang," tambah Harjanto.

Namun, kekayaan budaya dalam wujud hidangan itu juga layaknya kehidupan, selalu ada rezeki melimpah dan kebahagiaan walaupun pasti bertemu suka dan duka yang membuat hidup terasa sulit, terusnya.

"Tetapi, dengan mencoba mencicipi hidangan-hidangan yang tersaji, sehingga tidak penasaran, dan keyakinan itu dalam kehidupan, maknanya seperti setiap kesulitan selalu saja banyak sekali jalan keluarnya dan rezeki atau keberuntungan pasti datang darimana pun," terang Harjanto Halim.