Dalam upaya pencegahan banjir dan pengurangan volume sampah organik, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mendorong penerapan lubang resapan biopori di berbagai kawasan kota.
- Ramai Di Medsos, Penolakan Jalan Sehat HUT GBI Karangalit Salatiga
- RSI Tunas Harapan Salatiga Diresmikan, Pj Wali Kota: Yakin 2 Hingga 3 Tahun Menjadi Tipe C
- Kapolres Salatiga: Seluruh Anggota Tidak Ada Yang Bermain Politik Praktis
Baca Juga
Melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), pemerintah meluncurkan Gerakan Pembuatan Lubang Resapan Biopori pada Senin (05/08) di Jalan Argopuro, Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur.
Kegiatan ini diikuti oleh sejumlah OPD seperti DLH, Disperkim, DPU, lurah, camat, dan Forkopimca Kecamatan Gajahmungkur.
Wali Kota yang akrab disapa Mbak Ita tersebut menjelaskan bahwa meski pun biopori sudah dikenal luas, implementasinya di Kota Semarang masih belum optimal.
“Sebenarnya biopori ini sudah umum, hanya penerapannya yang belum masif,” ujarnya. Ia berharap gerakan ini tidak hanya menjadi acara seremonial, tetapi berkembang menjadi budaya yang meluas di masyarakat.
Ia juga menekankan pentingnya pemanfaatan daun-daun kering yang sering tidak diangkat oleh petugas kebersihan.
“Saya berpikir bagaimana daun-daun itu tidak diangkat tetapi dimanfaatkan sehingga dimasukkan ke dalam biopori,” jelasnya. Menurutnya, hal ini tidak hanya mengurangi volume sampah organik tetapi juga bisa mengolahnya menjadi kompos yang bermanfaat.
“Manfaat biopori adalah pertama untuk peresapan air saat hujan, sebagai antisipasi menghadapi musim penghujan yang akan datang. Kedua, daun-daun yang rontok bisa dimanfaatkan menjadi kompos sehingga tidak perlu beli pupuk,” terangnya. Bahkan di daerah yang miring, pemanfaatan biopori juga dapat mengantisipasi longsor.
Lebih lanjut, Mbak Ita menekankan pentingnya pembuatan biopori di jalan-jalan protokol Kota Semarang, terutama di daerah yang sering mengalami genangan air saat hujan, seperti Jalan Pahlawan dan Jalan Pemuda.
“Saya minta ini utamanya di jalan-jalan protokol, seperti kita tahu kalau setiap hujan selalu tergenang seperti di Jalan Pahlawan atau Jalan Pemuda, sehingga ini bisa membantu air tidak semua masuk drainase tetapi juga masuk ke dalam biopori-biopori,” tambahnya.
Pemerintah Kota Semarang mentargetkan pembuatan 5.000 titik biopori di seluruh kota, dimulai dengan 100 titik di enam jalan utama: Jalan Sultan Agung, Jalan S. Parman, Jalan Diponegoro, Jalan Pahlawan, Kalisari, dan Jalan Pemuda.
Selain itu, DLH juga akan memperbanyak biopori di 17 titik Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang tersebar di 11 kecamatan Kota Semarang.
DLH juga telah membuat dan mensosialisasikan pembuatan biopori di lokasi-lokasi yang terdapat Program Kampung Iklim (Proklim). Saat ini, terdapat 97 Proklim yang tersebar di seluruh Kota Semarang.
“Semoga ini bisa menjadi salah satu solusi pencegahan banjir dan pemanfaatan sampah organik menjadi kompos untuk pupuk di wilayah-wilayah Kota Semarang,” pungkasnya.
- PON XXI: Jateng Sumbang Dua Medali Perunggu Dari Drumband
- Jelang Pilkada 2024, Polres Wonosobo Gelar Patroli Skala Besar
- PHK Massal Ribuan Buruh Di Jawa Tengah