Aturan zonasi Penerima Peserta Didik Baru (PPDB) Online kembali menuai protes. Seorang wali murid warga Dusun Kuncen, RT 01 RW 04, Wirogunan, Kartasura, Sukoharjo, protes anaknya terlempar diterima sekolah di SMA Boyolali.
- UMS Buka Prodi Baru S1 Sistem Informasi, Kuota 150 Mahasiswa Baru
- Sukoharjo Mulai Distribusi Makan Bergizi Gratis, Ini Menunya
- Rencanakan PTM, Disdikbud Karanganyar Minta Percepat Vaksinasi Pelajar
Baca Juga
Saya warga Sukoharjo, tapi anak saya tidak bisa sekolah di Sukoharjo, malah dialihkan diterima di Boyolali yang jaraknya lebih jauh dari rumah," kata Deden Sumarno, Kamis (4/7).
Deden mendaftarkan anaknya ke SMAN 1 Kartasura, lalu dipilihan kedua di SMAN 2 Sukoharjo, untuk memenuhi aturan ia menuliskan pilihan ketiga SMAN 1 Banyudono Boyolali, dan SMAN Colomadu Karanganyar.
Tanggal 1 Juli pukul 00.00 wib, ia sudah mulai mendaftar PPDB Online, baru bisa tembus setengah jam kemudian. Dari jam 01.00 WIB ia memantau melalui HP, sampai akhirnya anak saya terpental dari zonasi jarak penerimaan diatas 3,6 km.
Ternyata anak saya malah masuk ke SMAN 1 Banyudono Boyolali. Padahal rumah saya lebih dekat dengan SMAN 2 Sukoharjo. Katanya zonasi untuk pemerataan, pemerataannya seperti apa?" lanjutnya.
Anaknya mengumpulkan nim 24,30 dengan masing-masing nilai Bahasa Indonesia 7,80, Matematika 4,50, Bahasa Inggris 6,00, dan IPA 6,00.
Karena sudah terlempar di SMA Negeri yang ada dalam zonasi rumahnya, dia terpaksa menyekolahkan anaknya di dalah satu SMA Swasta di Solo.
Sistem zonasi ini membungkan kurang sosialisasi, saya yakin banyak orang tua yang protes seperti saya," ungkapnya.
Ironisnya, setelah ia menyelidiki, warga Wirogunan tidak ada yang masuk ke SMAN 2 Sukoharjo dengan jarak 3,6 km, malah lebih di prioritaskan siswa Solo.
Sebaiknya sistem penerimaan calon siswa baru kembali pada acuan nilai. Kami ingin masuk dengan cara test, karena itu lebih fair, dan dilihat dari nilai saja," ujarnya.
Selain itu, dengan sistem zonasi ini, menurutnya tidak hanya wali murid saya yang kebingungan dan stres, namun calon siswa juga merasakan stres.
Deden sediakan akan mengadukan hal tersebut ke DPRD Sukoharjo, sayangnya, saat ia mendatangi gedung DPRD Sukoharjo, Kamis (4/7) pagi, tidak ada anggota Dewan yang bisa ia temui, karena sedang tugas diluar.
- Sahabat Lestari Serahkan Bantuan APE dari Kemendikbud Ristek
- FGD Profesionalisme Wartawan: Membangun Media di Era Disrupsi Informasi
- IAIN Salatiga Jaring Mahasiswa Asing Melalui Beasiswa