Walikota Semarang Hadiri Peletakan Batu Pertama Revitalisasi Makam KH. Sholeh Darat

Revitalisasi pembangunan makam KH. Sholeh Darat yang berada di Kompleks Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bergota, mulai dilakukan sejak dilakukan peletakan batu pertama oleh Walikota Semarang, Hendrar Prihadi pada Senin (14/3).


Pembangunan yang akan dilakukan adalah pembangunan akses jalan dan cungkup makam atau joglo KH. Sholeh Darat. Pemkot Semarang sendiri melakukan revitalisasi ini sebagai bentuk kepedulian kepada para ulama terlebih KH. Sholeh Darat adalah salah seorang tokoh yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam di Kota Semarang.

Walikota Semarang yang akrab disapa Hendi, menargetkan pada akhir tahun ini proses pembangunan diperkirakan akan selesai. Hendi mengaku jika sebelumnya Pemkot telah melakukan diskusi dengan para ulama dan ahli waris yang terdampak dengan adanya revitalisasi ini.

Dengan adanya revitalisasi ini, Hendi berharap makam KH. Sholeh Darat bisa menjdi kukutan wisata religi di Kota Semarang dan juga bisa membuat para peziarah lebih nyaman saat berada di makam.

"Harapannya tentu membuat peziarah lebih nyaman dan menjadi tanda bakti kami, kepada para leluhur dan alim ulama di Kota Semarang," tuturnya.

Dalam pembangunan kali ini akan fokus pada pembangunan cungkup makam dan pelebaran akses jalan masuk menuju area makam. Sementara untuk penyediaan lahan parkir masih menjadi PR yang hrus segera diberikan solusi.

"Mungkin akan dilakukan rekayasa lalu lintas, misalnya membuat Jalan Mugas Dalam atau Jalan Kiai Sholeh menjadi searah. Sementara sebagian lajurnya dapat digunakan untuk tempat parkir bagi kendaraan peziarah,” bebernya.

Sementara untuk akses menuju malam, peziarah bisa memanfaatkan ojek atau mobil golf. Namun memang rencana tersebut masih dalam tahap diskusi awal. "Target utama kami adalah menyelesaikan dulu proses revitalisasi area Makam KH Sholeh Darat," tandasnya.

Sementara itu, Ketua  PCNU Kota Semarang, H Anasom, menyampaikan, pengelolaan parkir untuk wisata religi bisa saja jauh dari situs makam. Namun harus ada transportasi yang mengantar peziarah ke lokasi.

"Misalnya ojek, ataupun yang lainnya, seperti andong dan dokar. Intinya adalah  dalam rangka untuk memberdayakan masyarakat sekitar, yang dapat turut terlibat dalam sarana transportasi bagi peziarah," jelasnya.