1.460 Kasus TBC Ditemukan Sukoharjo

rilis upaya penanganan  TBC bersama DKK Sukoharjo dan SSR TBC Komunitas Mentari Sehat Indonesia.
rilis upaya penanganan TBC bersama DKK Sukoharjo dan SSR TBC Komunitas Mentari Sehat Indonesia.

Kasus TBC di Kabupaten Sukoharjo terdata sebanyak 1.460 kasus sepanjang tahun 2023.


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu mengungkapkan, jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 1.260 kasus dan didominasi anak-anak sebesar 537 kasus.

"Dalam kasus ini kita gencarkan upaya tracking dan konsistensi program penyembuhan. Kita lakukan surveilans aktif (SA) dan investigasi kontak (IK) kasus baik di faskes ataupun masyarakat berisiko. Namun demikian, kegiatan surveilans belum maksimal di lakukan di lingkungan kerja (perusahaan)," ungkap Tri Tuti dalam rilis bersama SSR TBC Komunitas Mentari Sehat Sukoharjo, di Hotel Brother, Sukoharjo, Rabu (29/11).

Pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk menekan kasus TBC dengan melakukan gerakan bersama dari lintas program, lintas sektor dan berbagai organisasi profesi kesehatan. 

Pada kasus di Sukoharjo, berdasarkan kelompok umur, kasus TBC tertinggi di Kabupaten Sukoharjo pada kelompok umur produktif (15-59 th) sebanyak 46%, anak (< 15 th) sebesar 36% dan lansia (>60 th) sebesar 17%.

Berdasar jenis pekerjaan, lanjut dia, penderita TBC tersebar pada berbagai jenis pekerjaan antara lain buruh, guru / dosen, pedagang, pekerja swasta, BUMD/BUMN, petani, peternak, PNS, TNI/POLRI dengan persentase tertinggi pada para pekerja (43%) dibanding anak sekolah/pelajar, belum sekolah dan tidak bekerja. 

"Situasi ini menimbulkan kekhawatiran terkait potensi munculnya kasus kemiskinan baru karena adanya penurunan produktivitas,” kata dia.

Hal ini berakibat penurunan produktivitas atau kehilangan pekerjaan akibat kecacatan, pengeluaran biaya medis, dan biaya langsung non-medis seperti biaya transportasi. Selain itu, dampak lain nutrisi berkontribusi pada beban ekonomi rumah tangga orang dengan TBC.

DKK Sukoharjo bekerjasama dengan multisektor, seperti SPSI, APINDO, Disnaker, Dinas Sosial, BPJS Kesehatan, BPJS ketenagakerjaan, DPUPR, BAZNAS, dan organisasi profesi kesehatan. Hal ini guna menggalang komitmen implementasi penanggulangan TBC di tempat kerja.

Salah satunya dengan bekerjasama bersama Sub-Sub Recipient (SSR) Tuberkulosis (TBC) Komunitas Mentari Sehat Indonesia, bersinergi dalam upaya mencapai eliminasi TBC, terutama di lingkungan kerja.

"Kami siap secara aktif terlibat dalam menangani permasalahan Tuberkulosis di Kabupaten Sukoharjo. Kita harus memberikan perhatian intensif terhadap situasi TBC. terutama di kalangan pekerja dan usia produktif, untuk mencapai pemulihan yang optimal dan mencegah penyebaran lebih lanjut,” kata Koordinator Tuberkulosis (TBC) di Komunitas Mentari Sehat Indonesia (MSI) Sukoharjo, Akmal Mukhibbin.

Sejumlah aksi dukungan dilakukan Komunitas MSI antara lain melatih dan menyebar 105 kader TBC di 12 kecamatan sebagai petugas tracking. Selain itu, aktif melakukan skrining bersama kader TBC, penyuluhan, pendampingan dan pelacakan pasien. 

"Target kami Sukoharjo mempunyai 167 kader untuk setiap desa/kelurahan, jadi satu desa satu kader, agar lebih efektif,” imbuh Akmal.

Selain itu MSI juga melakukan pendampingan pasien RO selama hidupnya bergantung pada obat, selain mendapat pengobatan mereka juga akan mendapat semacam tunjangan hidup sebesar Rp600 ribu/bulan. 

"Kami mendukung Sukoharjo menuju eliminasi TBC 2030 melalui peningkatan peran serta komunitas, pemangku kepentingan, dan multisektor lainnya dalam penanggulangan TBC," pungkas Akmal.