Tujuh anak Kampung Tambakrejo resah, banjir di mana-mana membuat mereka tak bisa sekolah. Orangtua mereka juga tak bisa bekerja. Banjir terlalu lama menggenang sehingga aktifitas warga lumpuh.
- Menyemai Benih Toleransi dan Merawat Kebhinekaan Indonesia Lewat Sekolah Damai
- 1.500 Perempuan Berparade Kebaya di Candi Borobudur, Gadis Bule Emoh Ketinggalan
- Wilujengan Kanjeng Sultan Agung Digelar di Kraton Kasunanan Surakarta
Baca Juga
Hal itu, mereka ceritakan melalui pertunjukkan kolaburasi, wayang alang-alang dan wayang binatang yang digelar Rabu(21/3) malam. Wayang-wayang tersebut berkeluhkesah soal banjir yang terus melanda.
"Itu adalah ulah manusia sendiri. Mereka menggunduli hutan secara sengaja," teriak salah satu anak memainkan wayangnya.
Tak lama berselang, satu anak lagi, dengan membawa wayang Harimau, sebagai raja hutan mengeluarkan maklumat supaya menyerang siapa saja yang berusaha merusak hutan.
Pertunjukkan tersebut merupakan sebuah rangkaian kegiatan warga dalam memperingati Hari Air Sedunia dengan tema 'Solusi Air Berbasis Alam'. Tokoh Masyarakat di Kampung Tambakrejo, Semarang, Rochmadi mengatakan kegiatan ini, merupakan upaya memupuk kesadaran masyarakat untuk menghargai air.
"Kami mencari nafkah dari air, dari laut. Makanya, kami perlu menjga kelestarian air. Kalau laut tercemar tangkapan kami juga terancam,"kata Rochmadi.
Di sisi lain, Rochmadi juga mengungkapkan keluh kesah masyarakat terkait rencana Pemerintah Kota Semarang melakukan normalisasi Sungai Banjir Kanal timur.
"Sementara kami tinggal di sini. Kami memang tidak memiliki ijin tinggal di sini. Saat dianjurkan pindah ke rumah susun di daerah Kudu, kami khawatir mata pencaharian kami terganggu,"keluhnya.
Menurut Rochmadi, masyarakat tidak menuntut banyak terkait relokasi tersebut. Pihaknya hanya meminta supaya pemerintah peka terhadap persoalan yang dihadapi oleh warganya.
"Pertunjukkan wayang dari anak-anak kami tadi juga sebagai pesan terhadap semua pihak. Kami mohon pemerintah dapat mengerti kondisi kami,"pungkasnya.
Helatan di Kampung Tambakrejo itu, digelar sejak sore hari. Sore, masyarakat bersama-sama melakukan aksi budaya bernama 'Banyu Pitu'. Kemudian dilanjutkan dengan pentas Wayang kolaburasi anak-anak, musik Jawingsun, Monolog dari Teater Getar, dan aksi teatrikal oleh Teater Emka.
- Semawis Semarakkan Perayaan Imlek 2575 di Kawasan Pecinan Semarang
- Festival Ogoh-Ogoh, Kedepankan Semangat NKRI
- Apitan di Surodadi, Sukses Tarik Ribuan Peziarah