Nina Dwi Rohmawati, pelajar asli Purbalingga meraih prestasi di ajang International Festival of Engineering Science and Technology (I-FEST) in Tunisia 2019 yang diselenggarakan 21 hingga 26 Maret 2019 lalu.
- Pemkot Solo Masih Tunggu Instruksi Vaksinasi Anak 6-11 Tahun
- Moeldoko: Pemerintah Beri Perhatian Serius Pendidikan Pesantren dan Kesejahteraan Guru Agama
- Bentuk Karakter dan Pupuk Kreatifitas, Stemba Adakan Melody #7
Baca Juga
Ia meraih medali perunggu dalam kategori Social Science setelah menjalani berbagai ujian dan penilaian oleh para juri.
Nina dalam kompetisinya meluncurkan paparan karya ilmiah yang berjudulWhen Majority Culture Has Minority Honor: The Dynamic Of Language Ethnicity And Cultural Demographic With The Javanese Language Of Ngapak Banyumasan.
Karya tersebut mengulas tentang trend paradigma remaja lokal Purbalingga zaman sekarang yang cenderung minder/inferior menggunakan bahasa lokalnya, yaitu bahasa Ngapak Banyumasan sebagai bahasa pergaulan.
Selama proses presentasi, Nina menceritakan juri menyatakan projeknya sangat menarik untuk diteliti. Mereka juga tertarik dengan Bahasa Banyumasan ‘Ngapak’ sebagai traditional language yang bisa dikenalkan di lidah orang-orang Eropa.
Para juri Nina saat itu rata-rata orang Perancis. dan beberapa dari Tunisia, mereka sangat senang saat Nina presentasi dan mereka berulang-ulang minta diajarin bicara bahasa ngapak. Seperti kata ‘ngadek’/’inyong’ terus per kalimat ‘ko wis madang urung?’. Mereka sangat antusias minta diajarkan berulang, cara dan gaya bicara orang Banyumas," ungkap Nina, Sabtu (6/4).
Ia sendiri memperkirakan ada beberapa aspek yang membuatnya unggul hingga meraih medali perunggu. Diantaranya kekuatan projek penelitian yang mengkonfrontir antara fenomena sosial dengan behaviour remaja. Ia juga merupakan satu-satunya peserta yang mengangkat tema bahasa di kategori social science.
Dan dari tema mother tongue itu yang membuat projek Nina beda dari yang lain, para juri selalu bilang ‘your project is very interesting, I very like, that is unique," ungkap Siswa Kelas XII IPA salah satu SMA Swasta di Purbalingga.
Meski demikian, ia juga mengakui ada sejumlah kelemahan yang membuatnya dikalahkan oleh peraih medali emas dan perak.
Salah satunya yakni karena tidak ikut pada penjurian di hari pertama, karena saat itu tanpa diduga yang dinaikinya ke Tunisa sempat delay.
Pada penjurian hari kedua, Ia merasa terbantu point juga saat konferensi, karena ia mampu mengeluarkan inti penelitian.
Sementara itu, guru pendamping Nina yang juga turut mendampinginya di Tunisia Ayu Dhian B SPd mengakui ada kelemahan dan keunggulan pada Nina. Keunggulannya pada pendalaman karya yang bagus.
Data penelitian lengkap dan penyusunan karya sudah sangat sesuai standard kompetisi di internasional, terus poster untuk stand bootnya itu jelas padat dan rapih. Sedangkan kelemahnnya kemampuan bahasa inggrisnya yang tidak maksimal," katanya.
- Universitas Diponegoro Berhasil Raih Emas dalam World Young Inventors Exhibition di Malaysia
- Ganjar Pranowo Nilai PTM Masih Harus Dievaluasi
- Izin Turun, Unsoed Mulai Buka Pasca Sarjana Ilmu Politik