Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) yang diinisiasi Balai Besar Guru Penggerak (BBGB) Jawa Tengah, memudahkan kepala sekolah memiliki calon-calon pemimpin pembelajaran.
- Bahasa Jawa Tetap Dikenal Lewat Aplikasi Digital
- Dibidik Pilot Project Makan Siang Gratis, Siap Diterapkan di Kudus Akhir September
- SMAN 2 Kota Magelang Berdeklarasi Menjadi Sekolah Ramah Anak Tanpa Bullying
Baca Juga
Perwakilan BBGB Jawa Tengah, Dwi Kustari, menyebutkan PPGP meliputi pelatihan daring, lokakarya, pendampingan, webinar dan pendampingan yang dilaksanakan selama enam bulan di luar jam mengajar.
"Dengan adanya PPGP ini maka kepala sekolah memiliki calon-calon pemimpin pembelajaran," kata Dwi Kustari, saat hadir pada hari terakhir Lokakarya 7 Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 8 Provinsi Jawa Tengah dengan tema Panen Hasil Belajar, di Aula SMA N 3 Salatiga, Sabtu (2/12).
Karena itu, Dwi meminta agar dimaksimalkan dan dibimbing potensi guru. Serta, jadikan calon guru pendamping ini sebagai rekan, bukan rival. "Kita bergandengan tangan berkolaborasi meningkatkan mutu pendidikan," ujarnya.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga, Sinoeng N. Rachmadi, mendukung dan memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan PPGP.
Ia beranggapan, seorang guru penggerak bukan hanya menginspirasi bagi dirinya tapi juga sesama yang belum menjadi guru penggerak, murid dan sekolahnya.
Bahkan, Sinoeng menstimulasi guru penggerak adalah guru yang terkadang memiliki konsep dan paradigma out of the box, tidak membosankan.
"Bukan berarti yang sesuai dengan kurikulum salah, tidak. Karena pada setiap perkembangan zaman, anak-anak muda membutuhkan sesuatu yang berbeda dibandingkan pada tahun sebelumnya. Hari ini yang menjadi konsep adalah Merdeka Belajar," ungkap Sinoeng,
Sinoeng juga menandaskan bahwasanya konsep Merdeka Belajar telah membuka wacana, tinggal kemauan untuk terus-menerus bergerak, tergerak dan menggerakkan. Oleh karena itu ia berpesan kepada peserta lokakarya tersebut untuk terus bertumbuh.
- Lailatul Khurriyah, Guru SMP Negeri 1 Salatiga Jadi Petugas Upacara Tertua di Puncak Hari Guru