- Quo Vadis Program Deradikalisasi?
- Sewindu Ganjar Pranowo Pimpin Jawa Tengah: Clean Government, Tapi Masih Ganjar Sentris
- Forkopimda Cek Surat Suara Demi Sukseskan Pilkada Temanggung 2024
Baca Juga
REMBANG- Meskipun sudah berdiri dan beroperasi, namun keberadaan pabrik Semen Indonesia di Kabupaten Rembang tetap saja mendapat penolakan dari sejumlah pihak. Sebab hingga kini, warga Desa Gunem, Kecamatan Gunem yang berada di ring 1 tapak pabrik merasakan dampak operasional pabrik semen itu.
Dampak yang langsung dirasakan warga dari keberadaan pabrik adalah menurunnya produktivitas lahan, berkurangnya debit sumber-sumber mata air, hingga konflik sosial, baik vertikal mau pun horizontal, yang terjadi di kawasan Pegunungan Kendeng.
Tidak hanya warga, sejumlah ulama di Lasem, salah satunya KH. Muhammad Zaim Ahmad Ma'shoem atau Gus Zaim, tetap gigih menolak keberadaan pabrik Semen Indonesia di Rembang. Pengasuh Pondok Pesantren Kauman Lasem ini, sejak awal berkomitmen menolak pabrik semen berdiri.
Gus Zaim mengaku telah mendatangkan berbagai elemen keilmuan, untuk diajak diskusi tentang pendirian sebuah pabrik semen. Dari hasil kajian itu, efek negatif pendirian pabrik semen jauh lebih besar daripada manfaat yang diperoleh.
“Sementara berdirinya pabrik semen sifatnya hanya mengejar sisi ekonomis saja. Justru secara manfaat ekologis, keberadaan pabrik semen malah tidak ada,” ujar Gus Zaim saat ditemui RMOLJateng di kediamannya di Desa Kauman, Kecamatan Lasem, Rabu (24/1/2024).
Dengan dampak negatif yang ditimbulkan, Gus Zaim mendesak pemerintah sebagai pemangku kebijakan untuk tidak memberikan izin baru pendirian pabrik pabrik semen di Rembang dan Pulau Jawa.
“Silahkan saja mendirikan pabrik semen di luar Jawa kalaupun terpaksa harus didirikan. Bersyukur lagi jika di Indonesia tidak ada lagi keberadaan semen. Toh di negara-negara lain seperti di China sudah tidak ada lagi pabrik semen, tapi kenapa di Indonesia masih ada,” katanya.
Seperti halnya keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1 yang didirikan di Desa Leran dan Trahan, Kecamatan Sluke, Rembang, Gus Zaim juga sejak awal menolak proyek strategis nasional itu. Penolakan itu karena efek negatifnya justru lebih besar, daripada manfaatnya seperti dibangunnya pabrik semen.
“Namun karena proyek plat merah (proyek milik pemerintah) ya tetap saja berjalan. Begitu sudah jalan dan pabrik semen tetap didirikan di Rembang, saya tidak bisa menolaknya. Meski demikian, saya tetap mendampingi masyarakat terdampak di wilayah tapak pabrik semen,” terangnya.
Dari informasi yang diterima Gus Zaim, izin pertambangan pabrik Semen Indonesia Rembang masih dalam proses moratorium. Hal tersebut setelah pada April 2017, gugatan warga penolak pabrik semen berhasil menang dengan keluarnya Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Pegunungan Kendeng.
Terbitnya KLHS sebagaimana amanat dari Presiden Jowo Widodo, berisikan rekomendasi meminta adanya penetapan kawasan lindung di Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih. Tambahan pula permintaan adanya moratorium izin pertambangan di kawasan tersebut.
“Saya dengar kabar pabrik Semen Rembang beroperasi dalam satu harinya 6.000 ton dan saya tidak tahu bahannya dari mana. Namun bagi saya, sekali lagi sekarang, bagaimana membantu masyarakat terdampak pabrik semen agar tidak termiskinkan dan terpinggirkan akibat adanya pabrik semen,”ungkapnya.
Atas kemenangan gugatan warga yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) di tingkat Mahkamah Agung melalui Putusan Peninjauan Kembali (PK) MA Nomor 99 PK/TUN/2016, Gus Zaim berharap semua pihak menghormati dengan menjalankan keputusan sesuai aturannya.
Persoalan terbitnya izin baru pendirian pabrik Semen Indonesia di Rembang, kata Gus Zaim, tentu saja erat kaitannya dengan kebijakan dan peran Ganjar Pranowo saat menjadi Gubernur Jawa Tengah dua periode.
Gus Zaim menilai kepemimpinan Ganjar Pranowo saat menjadi gubernur secara umum memang baik dalam memimpin Jawa Tengah. Namun dalam persoalan lingkungan hidup, Gus Zaim menyoroti dua hal terkait kasus pabrik Semen Indonesia Rembang dan persoalan Wadas di Purworejo.
“Dalam dua kasus itu menujukan bahwa tim beliau (Ganjar Pranowo) di bidang ekologi memberikan support yang tidak baik terhadap lingkungan,” imbuhnya.
Memang diakui Gus Zaim, semua pihak tidak bisa menyalahkan munculnya kasus itu kepada perseorangan saja yakni Ganjar Pranowo yang kala itu menjadi gubernur.
“Sebab gubernur memiliki tim dan staf ahli dan dinas dinas terkait. Kalau mereka ikut memberikan saran yang salah, ya tentunya gubernur akan mengeluarkan kebijakan yang salah juga nantinya. Karena itu, pentingnya kiranya dalam mengangkat seseorang harus pas sesuai ahlinya,” tegasnya.
Selama ini Gus Zaim kerap memberikan masukan-masukan terkait peninjauan ulang kehadiran pabrik semen Rembang melalui sejumlah forum. Diantaranya melalui forum grup diskusi ulama yang digelar di beberapa tempat.
“Dalam forum tersebut saya memberikan masukan dalam persepktif pesantren. Dan saya tidak berani melampaui kapasitas saya di dunia pesantren, imbuhnya.
Sekedar diketahui, dukungan Gus Zaim atas penolakan pabrik semen dilakukan kala menghadiri istighosah yang diadakan ratusan warga dari dari Desa Timbrangan, Pasucen, Kajar, dan sekitar Tegaldowo Kecamatan Gunem, Selasa (20/5/2014) silam.
Kegiatan itu dilaksanakan di kawasan hutan Gunung Bokong Desa Kadiwono Kecamatan Bulu, yang merupakan lokasi Ring 1 tapak pabrik semen Rembang. Sejumlah kyai tampak hadir, seperti KH Zaim Achmad Ma’sum, Kyai Ubaidillah Tamam, dan Kyai Shihabudin yang semuanya berasal dari Lasem.
Tidak hanya itu, Gus Zaim juga turut menghadiri peresmian musholla tenda di tapak pabrik PT. Semen Indonesia di Rembang pada (15/2/2016). Peresmian Musholla Tenda Perjuangan Gunung Bokong, disaksikan Gus Zaim dan diisi shalawat oleh Ustad Gufron.
Kala itu, Kyai Ubaidillah Tamam dalam orasinya menyebut bahwa dukungan pabrik semen hanya datang dari segelintir orang. Ia menilai pemilik modal seperti PT Semen Indonesia, belum tentu menjadi sumber anugerah.
Sebab anugerah hanya datang dari Allah. Dia menuding ada keserakahan di balik rencana pendirian pabrik semen di wilayah Kabupaten Rembang.
Dalam kesempatan itu, Gus Ubaid juga mengajak peserta istigasah untuk bermunajat, meminta kepada Allah agar izin pendirian pabrik semen diubah. Dia juga berharap agar Presiden yang baru nanti mengubah kebijakan sehingga tidak ada pabrik semen dan tambang di kabupaten ini.