Bertahan dari Gempuran Pandemi

Mendung bergelayut di atas langit Kota Wali, Demak, Jawa Tengah. Suasana itu, terbawa hingga ke dalam kantor pemasaran di Perum Alfa Residence. Suasananya sepi dan muram. Hujan deras yang terus mengguyur di awal tahun, bukan saja mengakibatkan banjir di mana-mana. Tapi, juga menenggelamkan harapan pengembang perumahan untuk menjual rumah.


Mendung bergelayut di atas langit Kota Wali, Demak, Jawa Tengah. Suasana itu, terbawa hingga ke dalam kantor pemasaran di Perum Alfa Residence. Suasananya sepi dan muram. Hujan deras yang terus mengguyur di awal tahun, bukan saja mengakibatkan banjir di mana-mana. Tapi, juga menenggelamkan harapan pengembang perumahan untuk menjual rumah.

''Bukan karena hujan atau banjir, tapi karena pandemi Covid-19 yang belum berakhir, menjual rumah sulitnya minta ampun,’’ ungkap Dzul Akhyar, staf marketing Perum Alfa Residence, kepada RMOL Jateng, Rabu (17/2).

Sebanyak 112 unit rumah subsidi yang siap dibangun di Perum Alfa Residence 4 di Desa Kuripan, Karangawen, sepi peminat. Menurut Dzul, banyak calon pembeli yang sudah booking, tiba-tiba mundur karena mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) atau dirumahkan akibat pandemi.

‘’Sebelum Covid, permintaan rumah tinggi sekali. Saya jual rumah 65 unit di Perum Alfa Residence 3 di Desa Bandungrejo, Kecamatan Mranggen, dalam sebulan langsung ludes, sekarang ini sulit sekali,’’ tegas Dzul, pria beranak satu yang saat ini perusahaannya membangun rumah subsidi di Desa Kuripan, Kecamatan Karangawen, juga di Kabupaten Demak.

Menurut Dzul, sebelum pandemi, bangun 100 rumah rata-rata habis dalam tempo 3 bulan. Sekarang ini, bangun bulan Maret 2020, sekarang baru laku 70 unit. Padahal, Maret besok waktunya bangun lagi,’’ keluhnya.

Di tengah gencarnya Program Satu Juta Rumah dan antusiasme masyarakat untuk memiliki rumah, pandemi Covid-19, sontak membuyarkan harapan itu, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Pandemi bagaikan pukulan telak, bukan hanya bagi MBR, melainkan juga bagi pengembang.

‘’Sejak pandemi, persyaratan bank sangat ketat. Untuk karyawan pabrik, misalnya harus punya slip gaji dan harus sudah kontrak kerja minimal 3 tahun. Praktis, para pekerja sektor informal, tak lagi bisa mengajukan kredit, karena sudah pasti ditolak bank,’’ tuturnya.

Menurut Dzul, perumahannya membangun rumah subsidi dengan harga kontan Rp156,5 juta, dengan uang muka Rp16,5 juta. Harga itu untuk rumah dengan luas bangunan 6 meter x 6 meter dan tanah 6 m x 11 meter.

Dzul menuturkan, sejak pandemi, penurunan permintaan rumah mencapai 50%. ‘’Dulu sebelum pandemi, pedagang mie ayam dan warungan bisa di-acc bank, saat pandemi ini, semuanya ditolak. Bank hanya melayani karyawan kantor yang memiliki slip gaji,’’ ujarnya.

Menurut Dzul, kondisi sepinya permintaan konsumen itu, membuat pengembang hanya bisa pasrah. Untuk tetap bertahan, perusahaannya membangun rumah secara bertahap, berdasarkan permintaan yang masuk.

‘’Sekarang kami membangun rata-rata 30 unit rumah dulu, baru bangun lagi saat ada yang pesan. Konsumen yang minat, inden dulu. Di-ACC bank, baru kami bangun,’’ ungkapnya.

Dia bersyukur, perusahaannya masih mampu bertahan. Buktinya, hingga kini, dia tetap bisa bekerja, walaupun dengan gaji seadanya. Bonus penjualan, yang dulu biasa diterimanya kalau berhasil mencapai target tertentu, sudah tak ada lagi sejak pandemi.

Wakil Ketua Real Estat Indonesia (REI) Jateng Bidang Promosi, Humas, dan Publikasi Dibya K Hidayat mengakui, penjualan sektor properti di Jateng sepanjang 2020 mengalami penurunan, akibat konsumen masih menunggu masa pandemi Covid-19 berakhir.

Sektor properti khususnya perumahan, sebagian besar hasil transaksi penjualan di Jateng didominasi melalui sejumlah pameran, termasuk kegiatan Property Expo yang digelar REI Jateng selama tujuh kali.

Dibya mengatakan, sepanjang 2020 penjualan perumahan hanya mampu membukukan transaksi Rp123,7 miliar dengan total 199 unit, mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yang berhasil mencetak transaksi Rp224,8 miliar dengan total 202 unit.

Tahun lalu, transaksi penjualan perumahan turun tipis hanya 3 unit, bahkan rumah yang terjual hampir sebagian besar adalah rumah menengah dengan harga rata-rata Rp600 jutaan,†ujarnya.

Menurutnya, penurunan penjualan propterti itu akibat konsumen masih menunggu dan diharapkan masa pandemi segera berahkir, mengingat pandemi berdampak tidak hanya pada sektor properti, tetapi juga sektor lain di antaranya perhotelan, pariwisata, transportasi dan lainnya.

Dibya mengakui, pandemi Covid-19 telah menghantam semua sektor hingga perekonomian terjun bebas, tidak hanya terjadi secara nasional namun dunia, banyak negara mengalami hal yang sama.

Dia menuturkan, isu pandemi Covid-19 memang masih sangat mempengaruhi penjualan rumah. Bahkan perbankan sangat selektif dalam mengucurkan Kedit Pemilikan Rumah (KPR).

Transaksi penjualan perumahan, tutur Dibya, selama masa pandemi tidak sedikit konsumen membeli rumah dengan tunai, cash keras maupun cicilan lunak selama 1 tahun. Hal ini dilakukan karena perbankan sulit mengucurkan KPR.

Sedangkan bagi para pengembang, menurut dia, pembayaran dengan cicilan lunak tidak ada masalah, karena kondisi pandemi mereka harus tetap menjual rumah yang diproduksi.

Hambatan dalam penjualan rumah saat ini, kata Dibya, pada pengucuran KPR oleh perbankan. Menurutnya, pada masa pandemi perbankan sangat selektif dalam memberikan KPR.

Kami sudah meminta perbankan untuk menilai kemampuan konsumen secara langsung, bukan hanya berdasarkan restrukturisasi yang jadi program pemerintah. Sebab, masih banyak konsumen yang memiliki kemampuan untuk membayar angsuran,†tegas Dibya.

Rupanya, kesulitan yang dialami pengembang, dirasakan dampaknya pula oleh konsumen. Febri (36), salah satu contohnya. KPR yang diajukannya sejak 2018 silam, hingga kini belum jelas.

‘’Saya ganti pengembang sampai tiga kali. Pihak pengembang tak mampu meneruskan, karena terkendala keuangan. Untuk KPR, saya dulu pakai bank swasta, karena ganti pengembang, sekarang dialihkan ke BTN. Saat ini, prosesnya tinggal menuju jadwal wawancara. Mudah-mudahan, ini proses yang terakhir. Jangan seperti dulu, saya sampai bosan menunggu hampir tiga tahun,’’ ujar warga Semarang, yang masih lajang ini.

Dia mengambil rumah tipe 36/60 di sebuah perumahan subsidi di Kalongan, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Dipilihnya jangka waktu 20 tahun, dengan cicilan per bulan Rp890.000.

Kepala Bank BTN Cabang Semarang, Donny Dwi Antoro mengatakan, penyaluran KPR sepanjang 2020, Bank BTN merealisasikan 2.100 rumah, dimana sekitar 1.700 di antaranya rumah subsidi. Untuk konsumen rumah subsidi, menurut Donny, terbilang masih stabil. Sedangkan untuk konsumen rumah nonsubsidi, menurutnya mengalami penurunan.

‘’Mereka umumnya menahan diri tidak investasi dulu, karena situasinya belum menentu akibat pandemi,’’ ujarnya.

Untuk pengembang yang kesulitan di masa pandemi, pihaknya menawarkan restrukturisasi kredit yang menjadi program pemerintah. ‘’Ada yang mengajukan, tapi tak sedikit pula yang enggan, karena saat nama kita masuk daftar itu, stempelnya terus tercatat. Mereka yang enggan, umumnya karena terkait reputasi,’’ ujar Donny.

Cari Rumah dari Rumah

Di masa pandemi pula, untuk melayani kebutuhan konsumen akan rumah, Donny mengatakan, Bank BTN menyiapkan beragam layanan digital, sehingga konsumen tak perlu datang ke kantor.

‘’Kami menerapkan branchless banking, yang mempermudah transaksi layanan bagi nasabah. Pembukaan rekening bisa dengan online. transaksi mobile banking, internet banking, sangat membantu masyarakat bertransaksi. Tak perlu datang ke kantor, cukup lewat ponsel, laptop atau PC,’’ ungkap Donny.

Menurut Donny, dengan BTN Properti, praktis konsumen tidak perlu keluar rumah untuk mencari rumah baru. Mereka tinggal mengunjungi situs www.btnproperti.co.id melalui browser ponsel atau laptop. Konsumen juga tidak perlu takut tertipu ketika membeli rumah melalui situs ini.

‘’Bank BTN melakukan verifikasi pada seluruh developer yang tertera di dalam situs, jadi dijamin aman,’’ tegasnya.

Layar perangkat akan menampilkan halaman utama situs yang berisi tipe dan gambar rumah. Untuk melihat-lihat model rumah, konsumen bisa menggeser ikon tanda panah. Cara lainnya, masukkan kata kunci dan harga properti sesuai keinginan lalu ketuk "Cari Properti". Bila sudah menemukan rumah yang cocok, ketuk tepat di foto rumah untuk mengetahui data detilnya.

Untuk melakukan simulasi KPR, isi tabel "Pengajuan KPR" yang berada di sebelah kanan layar. Setelah itu, ketuk "Ajukan KPR" untuk melanjutkan transaksi. Konsumen dapat mengisi data diri, pekerjaan, dan pinjaman di dalam formulir digital yang tampil di layar perangkat.

Kemudian, mengunggah dokumen yang dibutuhkan, yakni KTP dan slip gaji lalu ketuk "Submit". Konsumen akan menerima email konfirmasi pengajuan dari BTN. Terakhir, tinggal menunggu kabar status pengajuan KPR selama tujuh hari kerja.

‘’Situs juga dilengkapi simulasi KPR, konsumen dapat menghitung berapa angsuran dan pembayaran pertama. Jadi, cukup buka ponsel atau PC, berkat digitalisasi yang kami lakukan, semua kebutuhan konsumen, termasuk mencari rumah, dapat terlayani,’’ tegas Donny.

Plt Direktur Utama Bank BTN Nixon L.P. Napitupulu menyatakan, pihaknya fokus melanjutkan visi sebagai The Best Mortgage Bank in Southeast Asia in 2025, sehingga ekspansi kredit akan mulai digencarkan kembali mulai tahun ini.

Menurut Nixon, Bank BTN telah menerjemahkan visi tersebut dalam berbagai strategi yang inovatif dan terukur, dengan menggelar berbagai transformasi dan perbaikan proses bisnis sejalan dengan visi tersebut.

Hasilnya, Bank BTN sukses meraih laba bersih senilai Rp1,60 triliun pada kuartal IV/2020, melambung tinggi dari posisi Rp209 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Raihan ini naik 6,7 kali lipat dari 2019.

Dalam Rapat dengar Pendapat Komisi XI DPR, Selasa (2/2), Nixon mengungkapkan, selama masa pandemi, Bank BTN mampu mencatatkan pertumbuhan kredit positif, yakni 1,7 persen menjadi Rp260,12 triliun. Kredit dari segmen subsidi menjadi penopang utama dengan pertumbuhan 7,7 persen secara tahunan menjadi Rp107,1 triliun.

Adapun restrukturisasi kredit Bank BTN mencapai Rp57,5 triliun. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross mampu ditekan 67 bps secara tahunan menjadi 4,24 persen. Coverage ratio dari kredit terdampak pandemi pun mencapai 117,30 persen.

Tahun 2021, emiten berkode BBTN ini memproyeksikan laba bersih akan berada di level Rp2,8 triliun. Perseroan membidik kredit dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sejalan pada kisaran 7-9 persen. [sth]