Direktur Eksekutif Reforminer Institue, Komaidi Notonegoro menilai, rantai birokrasi yang panjang dan rumit menjadi tantangan bagi PT Pertamina dalam menjalankan tugas untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia.
- Program FMM 2022, Semen Gresik Kucurkan Rp 1,75 Miliar untuk Perkuat Ekonomi Desa
- Gandeng Safety Engineering Expert, SG Selenggarakan Seminar Manajemen Perubahan pada Perspektif Sistem Keselamatan Kerja
- Rekrutmen Tenaga Kerja Industri di Demak, Dinnakerind Demak: Sekarang Malah Andalkan Lulusan BLK
Baca Juga
"Rumit dan panjangnya rantai birokrasi di Indonesia membuat Pertamina sulit dalam mengambil langkah-langkah strategis dalam kemandirian energi bangsa Indonesia," kata Komaidi saat menjadi pembicara dalam kegiatan 'Nongkrong Bareng Pertamina' yang diselenggarakan Pertamina MOR IV wilayah Jawa Tengah dan DI Yogya bertempat di Lakers Resto, Semarang, Jawa Tengah (27/2).
Menurut Komaidi, Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memegang peranan yang cukup besar dalam keberlangsungan energi di Indonesia mulai dari sektor hulu hingga hilir.
"Bisnis energi Pertamina yang cukup besar pengaruhnya terutama bagi Indonesia ada di bidang hilir. Produksi migas di asia pasifik saat ini mengambil porsi hanya 30% sedangkan konsumsinya 60%," ungkapnya.
Ia menuturkan, saat ini produksi minyak di Indonesia hanya berkisar di angka 800 ribu barel sedangkan konsumsi berada di angka 1,6 juta barel.
Sehingga, pemenuhan kebutuhan minyak di Indonesia saat ini adalah melalui impor," ujarnya.
Ia menambahkan, tugas berat Pertamina bisa berjalan jika seluruh pemangku kebijakan telah memahami permasalahan-permasalahan yang ada dan bersama-sama mencari jalan keluar.
- DKPPP Adakan Pelatihan Grading, Demi Kemurnian Tembakau Temanggung
- Genjot PAD, Pemkot Semarang Libatkan Petani Manfaatkan Lahan Kosong
- Maskapai Super Air Jet Buka Penerbangan Rute Perdana Jakarta-Solo-Jakarta