Blusukan, Respati Dorong Industri Rumahan Tempe Tambah Varian Inovasi Produk

Calon Walikota Solo sambangi pembuat tempe di Kadipiro. Dian Tanti/RMOLJateng
Calon Walikota Solo sambangi pembuat tempe di Kadipiro. Dian Tanti/RMOLJateng

Calon Walikota Solo, Respati Ardi temui warga Bayan, Krajan, Kadipiro, Banjarsari, Solo. Kehadiran Respati disambut warga dengan hangat. Selain bersalaman mereka juga meminta foto bersama.


Bahkan Respati yang berpasangan dengan Rektor UNSA Astrid Widayani juga didoakan warga agar nanti terpilih menjadi Walikota Solo menggantikan Gibran Rakabuming Raka. 

Dalam kesempatan tersebut, Respati Ardi banyak menampung permasalahan yang dihadapi masyarakat. Banyak yang dikeluhkan oleh warga dan menjadi catatan Respati. 

Salah satunya adalah Nanik yang menyatakan mengungkapkan kegundahannya tentang kesejahteraan guru PAUD pada sebuah yayasan dengan gaji masih jauh di bawah standar UMR.

“Saya ingin memperjuangkan teman-teman saya yang di PAUD (pengajar/guru), tentang gaji mereka, kesejahteraan mereka. Karena selama ini gajinya sedikit, tetapi dikasih beban yang berat. Mendidik anak-anak kecil calon generasi bangsa masa depan apalagi untuk menuju generasi emas,” ungkap Nanik kepada Respati.

“Nanti jika saya diberikan mandat memimpin Kota Solo, saya akan perjuangkan kesejahteraan guru-guru PAUD, dan juga anak-anak didik, regulasi Yayasan penyelenggara pendidikan juga harus diperjelas,” balas Respati.

Setelahnya Respati Ardi diajak berkeliling kampung serta melihat kondisi sungai Bayan yang pada sisi barat sudah ditalut, sedangkan di sisi timur belum ditalut sehingga jika hujan deras terjadi luapan sungai yang menyebabkan banjir.

“Kalau hujan deras itu airnya kadang naik ke atas, luapan sana (sisi barat) lancar tetapi kalau dari sini (sisi timur) sebagian masuk ke pekarangan warga karena belum ditalut, kadang tanahnya ikut longsor,” terang Agus Riyanto warga Bayan.

Warga berharap agar sisi timur segera ditalut , agar nantinya tidak terjadi luapan air sungai dan tidak terjadi longsor. Yang pastinya juga membahayakan warga di kawasan tersebut

Menanggapi hal itu, Respati pun menyampaikan data tersebut sudah masuk di BBWS. 

Melanjutkan blusukan, Respati juga sempat mengunjungi tempat pembuatan tempe yang sudah berdiri sejak 2012 lalu yang memperkerjakan warga sekitar, dalam sehari rata-rata menggunakan 90 kg kedelai untuk produksinya. 

Respati pun tertarik bergabung dengan ibu-ibu pekerja dan turut serta membungkus tempe di salah satu tempat industri rumah tangga. 

“Wah, mantap ini Bu industri rumahannya! Semoga nanti ada inovasi produk olahan tempenya, bisa dibikin keripik dengan varian rasa tertentu,” saran Respati.