Capres Tunggal Cermin Kegagalan Demokrasi

Ketua Umum Ikatan Cedekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof. Dr. Jimly Asshidiqie berharap Pilpres tidak hanya diramaikan calon tunggal.


"Calon tunggal adalah cerminan kegagalan demokrasi," kata Jimly dalam diskusi "Kajian Konstitusi Wacana Calon Tunggal Pilpres VS Demokrasi Rusia" di Kantor ICMI, Jakarta, Jumat, (16/3) seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL

Ditegaskan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu, desain sistem pemilu Indonesia khususnya Pilpres untuk menghindari adanya calon tunggal.

"Yang dibayangkan itu, capresnya lebih dari dua," ujar Jimly.

Sebelumnya, tokoh demokrasi Adhie M Massardi menyebut wacana pasangan calon (paslon) tunggal pada Pilpres 2019 yang digulirkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah provokasi jahat yang bisa dikategorikan sebagai permufakatan pembunuhan (berencana) terhadap demokrasi.

Baca: Wacana Capres Tunggal Pembunuhan Berencana Terhadap Demokrasi

Menurut Adhie, KPU bukan Wedding Organizer (WO) yang hanya konsentrasi pada satu pasangan, tapi penyelenggara kontestasi politik yang memiliki diskresi mengatur mekanisme kompetisi agar demokrasi berjalan sesuai aturan sehingga produknya (pejabat publik) legitimate dan membawa kesejahteraan bagi rakyat.

Meskipun di luar ada kekuatan politik besar yang menginginkan Pilpres 2019 menampilkan paslon tunggal, KPU harus mencegahnya dengan, misalnya, diskresi memberikan kewenangan mengusung paslon sendiri kepada parpol yang baru menjadi peserta Pemilu.

"Bukan malah melegitimasi adanya paslon tunggal dengan berlindung di balik UU (pasal 222 UU 7/2017 tentang Pemilu) seperti diungkapkan Ketua KPU Arief Budiman dan Komisioner KPU Hasyim Asyari kepada publik," sesal Adhie.