Sejak adanya larangan menggelar hajatan yang dapat mengumpulkan massa imbas dari pandemi Covid-19 saat ini, jasa Wedding Organizer (WO) serta Photobooth banyak yang tutup.
- KIT Batang Kerjasama Teknologi dengan Chungbuk Technopark dari Korsel
- Dirut Pertamina Bakal Pimpin Langsung Pembenahan Tata Kelola Migas
- Eks Karyawan BMT Mitra Ummat Ungkap Aliran Mencurigakan Capai Puluhan Miliar Rupiah
Baca Juga
Seperti yang dialami pasangan suami-istri, Rya Eka W dan Unggul Cahyo Laksono, asal Perum Taman Mutiara, Gg Blue Safir 23, Kelurahan Tingkir Tengah, Kacamata Tingkir, Salatiga.
Pasangan muda yang sempat mengurusi WE 'HEMAS WO' lengkap dengan layanan Photobooth dengan nama 'ElletraPhotobooth' dari tahun 2015 an itu, harus putar otak.
Keduanya harus banting stir menanggalkan keahlian mereka dalam mengurusi pernikahan orang lain.
"Dalam kondisi Covid-19 saat ini terpaksa kami menutup WO dan Fotobooth. Sebelum Corona, satu momen bersih dapat Rp 3-4 juta. Tapi sejak pemerintahan mengeluarkan tidak boleh mengggelar hajatan praktis kondisi ekonomi ikut terpukul, karena WO dan Fotobooth tutup total," ungkap Rya Eka W kepada wartawan, Senin (4/5).
Karena dapur harus tetap ngebul, Rya tak menyerah. Ibu muda dari Maximilian Beryl dan Kyla Nasya coba putar otak dengan membuat jajanan berbuka puasa secara online.
Keahliannya dalam memasak modal yang diajarkanya sang ibunda, membuat Eka mencoba bisnis kuliner rumahan.
Diuntungkan dengan momen Ramadan saat ini, Rya mampu membuat dapurnya kembali 'bernafas'.
Dengan kuliner yang ia beri label 'Nyemil Food', Rya membuat jenis cemilan yang tak biasa. Unik dan menarik, menjadi pilihannya. Yakni menjual risoles isi ayam mercon.
"Risoles ini barang sepele. Tapi karena isi yang beda, harga juga terjangkau banyak yang berminat. Dan Alhamdulillah, dalam seminggu cukup membantu dapur tetap 'ngebul' dan optimis ditengah kondisi seperti saat ini," ujarnya.
Dengan harga terjangkau. Satu pos seharga Rp 2.500, Rya menjual dalam bentuk pak-pakan dengan wadah mika berisi 12 pis dan dijual dengan harga Rp 12.500.
Masih dalam kemasan 'home industri', Rya menjual secara on-line. Hasilnya, sehari bisa terjual 20-25 pak.
Sebagai upaya tetap mengedepankan SOP Covid-19, Rya dan suami menyediakan layanan antar langsung ke pemesan. Tidak hanya di Salatiga. Jangkauan risoles Rya, telah mencakup wilayah Ambarawa dan Ungaran sekitarnya.
Ia pun berbagi tugas dengan suami dalam mengantar pesanan.
Grup WhatsApp, berbagai medsos dimiliki keduanya, menjadi sasaran suami istrinya ini dalam memasarkan menu berbuka puasa khas lidah Nusantara tersebut.
Rya berharap, langkah inspiratifnya ini bisa menjadi motivasi bagi pemilik usaha yang tutup imbas dari pandemi Covid-19.
Ia juga berencana, setelah kondisi Covid-19 usai akan menjual secara menetap dalam sebuah kios.
- HKTI Canangkan Program Prioritas Ketahanan Pangan di Batang
- UNS Kembangkan Hidrogen menjadi Bahan Bakar Mobil
- PT KAI Daop 4 Siapkan Langkah Minimalisir Gangguan Jelang Musim Hujan