DBD Merajalela di Kendal, 16 Warga Meninggal Dalam Waktu Tiga Bulan

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kendal, Bambang Setyawan. Bakti Buwono/RMOLJateng
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kendal, Bambang Setyawan. Bakti Buwono/RMOLJateng

Kabupaten Kendal dihadapkan dengan ancaman serius dari demam berdarah yang semakin merajalela.


Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kendal, Bambang Setyawan, menyebut dalam rentang Januari hingga Maret 2024, tercatat 191 kasus terkonfirmasi demam berdarah dengan 16 kasus berujung pada kematian.

Menurut Bambang, daerah yang paling terdampak adalah bagian utara Kabupaten Kendal, meliputi Boja, Sukorejo, dan Patean. Perubahan iklim menjadi salah satu faktor utama yang memicu peningkatan kasus demam berdarah.

Nyamuk Aedes aegypti, vektor penyakit demam berdarah, cenderung bermigrasi ke kawasan dengan suhu yang lebih nyaman, dipengaruhi oleh pola El Nino.

"Anak-anak usia 5 hingga 14 tahun dan dewasa merupakan kelompok umur yang paling rentan terhadap demam berdarah, dengan korban meninggal terbanyak berada dalam rentang usia 6-10 tahun," jelas Bambang, Rabu (3/4).

Salah satu faktor utama yang menyebabkan kematian akibat demam berdarah adalah keterlambatan dalam mendapatkan pengobatan yang tepat. Masyarakat seringkali mengandalkan pengobatan sendiri ketika mengalami demam selama dua hari.

"Dalam gejala demam berdarah, patut diwaspadai adalah panas tinggi yang disusul oleh fase dingin, yang kemudian disertai dengan gejala panas kembali. Masyarakat perlu waspada terhadap tanda-tanda demam berdarah, seperti demam yang berlangsung lebih dari dua hari, sakit kepala, serta pegal-pegal pada tubuh," tambahnya.

Pemeriksaan laboratorium penting dilakukan untuk mengetahui kadar trombosit dan hematokrit dalam darah, yang rendah menjadi indikator penting dalam diagnosis demam berdarah.

Meskipun belum mencapai status KLB (Kejadian Luar Biasa), pihak Dinkes telah mengambil langkah-langkah pencegahan yang intensif. Hal ini termasuk penguatan kerjasama antar OPD, PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) serentak, serta peningkatan kapasitas rumah sakit dan tenaga medis.

"Masyarakat diimbau untuk berperan aktif dalam pencegahan demam berdarah, dengan cara menyebarkan informasi melalui media sosial, pengumuman di jalanan, serta mengaktifkan pemantauan jentik nyamuk di tingkat desa," saran Bambang.

Pihak berwenang di Kabupaten Kendal telah mengeluarkan surat edaran sebagai upaya meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi wabah demam berdarah yang semakin mengancam.