Diduga Mau Bajak Pemain, ASTI Kudus Berhentikan Tiga Pelatih

Manajemen ASTI Kudus memberhentikan tiga pelatih sepakbola karena melakukan pelanggaran etik. Arif Edy Purnomo/RMOLJateng
Manajemen ASTI Kudus memberhentikan tiga pelatih sepakbola karena melakukan pelanggaran etik. Arif Edy Purnomo/RMOLJateng

Manajemen Akademi Sarana Talenta Indonesia (ASTI) Kudus memberhentikan tiga pelatih sepakbola karena melakukan pelanggaran etik.

Pemecatan tiga pelatih yang telah setahun bergabung, diduga melakukan penggembosan di internal tubuh manajemen sepak bola asal Kudus ini.

Pemberhentian tiga pelatih ASTI Kudus inipun dibenarkan oleh Arief Budiyanto selaku CEO ASTI Kudus. Faktor yang mendasari pemecatan itu, karena tiga pelatih yang bersangkutan tidak lagi sejalan dengan manajemen sejak 2 April lalu.

“Alasan kuat pemberhentian dilakukan, karena tiga pelatih yang berkaitan tidak lagi sejalan dengan manajemen,” ujar Arief Budiyanto saat ditemui di markas ASTI Kudus, Minggu (7/4).

Arief menyebut, karakter kurang baik muncul pada diri ketiga pelatih. Karena itu, dikhawatirkan dapat merusak masa depan ratusan siswa dalam berkarir sebagai atlet sepakbola.

"Kami tidak bisa jelaskan secara gamblang kesalahan mereka (tiga oknum pelatih-red). Yang jelas mereka sudah melanggar etik sebagai pelatih yang tidak bisa kami terima," tegasnya.

Ia mengaku sangat terkejut setelah mengetahui perbuatan yang dilakukan tiga pelatih yang telah satu tahun bergabung di manajemen ASTI Kudus.

Namun, setelah ditelusuri perbuatan kurang baik terhadap manajemen ASTI diketahui sudah berlangsung kurang lebih satu tahun.

Modus yang dilakukan tiga pelatih yang dipecat, diduga menghasut para siswa ASTI untuk keluar dari ASTI. Kemudian para siswa diarahkan bergabung dengan akademi rintisan di Jawa Tengah.

Pembajakan yang dilakukan tiga pelatih tersebut, akhirnya terbongkar manajemen ASTI setelah beberapa siswa dan orangtua melaporkan hal itu.

Pihak ASTI pun mengambil sikap tegas dengan memberhentikan tiga pelatih yang terlibat, supaya tidak menimbulkan dampak negatif bagi kemauan siswa di bidang olahraga sepakbola.

"Alhamdulillah kasus ini segera kami ketahui, belum ada yang sampai keluar ASTI, meski sudah ada yang mendaftar ke akademi yang ditawarkan," imbuhnya.

Arief mengaku semua siswa yang bergabung dalam manajemen ASTI, menjadi tanggungjawab manajemen. Mulai dari pendidikan formal, pendidikan agama, hingga prestasi di bidang olahraga sepakbola.

Pihaknya tidak pernah menghalang-halangi siswa yang ingin bergabung dengan akademi lain. Justru akan mendukung sepenuh hati dengan catatan akademi yang dimaksud lebih maju dan lebih baik dari ASTI.

Dia khawatir nasib masa depan siswa di bidang olahraga sepakbola dipertaruhkan karena tergiur dengan iming-iming akademi rintisan yang belum teruji profesionalitasnya.

"Kami justru akan mendukung jika siswa ASTI dilirik atau diminati akademi atau klub sepakbola yang besar dan sudah maju. Tujuan kami itu menjembatani siswa menggapai impiannya, dan kami bertanggungjawab melindungi mereka dari hal-hal yang kurang baik bagi masa depan siswa," tuturnya.

ASTI Kudus sebelumnya memiliki sembilan pelatih. Tiga di antaranya sudah diberhentikan, kini menyisakan enam pelatih yang siap membantu siswa menunjukkan bakatnya di bidang olahraga sepakbola.

Manajemen ASTI juga sudah mengantongi enam calon pelatih pengganti yang siap bergabung memajukan ASTI di kamcah nasional hingga internasional.

Saat ini ASTI Kudus memiliki 92 siswa kelahiran 2007-2011. Pada tahun ajaran baru ini, sudah ada 73 siswa yang mendaftar untuk bergabung dengan ASTI Kudus, ASTI Kendal, ASTI Tegal, dan ASTI Yogakarta.

Pihaknya bakal memperbaiki internal manajemen ASTI, selanjutnya fokus kembali pada pengembangan siswa di bidang olahraga sepakbola, pendidikan formal, pendidikan agama, hingga pendidikan karakter.

Arief berkomitmen menjadi orangtua sambung berkewajiban membimbing siswa ASTI agar punya semangat dan daya juang dalam mengembangkan bakat masing-masing. Supaya siswa ASTI mempunyai semangat dan tujuan yang diperjuangkan, guna menggapai masa depan lebih gemilang.

"Kami lebih selektif lagi dalam merekrut pelatih. Kami berharap latihan siswa ASTI tidak terdampak, supaya tetap berprestasi dengan berlatih lebih maksimal," pungkasnya.