Seringkali umat Muslim tersinggung terhadap perkembangan misi Kristen di Indonesia. Hal ini karena mereka merasa umatnya digerus.
- KPU Grobogan Bakal Rekrut 14,9 Ribu KPPS
- Polres dan Kodim Karanganyar Ajak Masyarakat Dukung Pemilu Damai
- Hadi-Sugeng Siap Selesaikan Pembangunan di Grobogan hingga 100 Persen
Baca Juga
Apalagi, beberapa penelitian menunjukan bahwa annual growth rate Protestan meningkat, terutama di beberapa kantong Muslim seperti Yogyakarta dan Sumatera Barat.
Data-data seperti ini mengentalkan berkembangnya isu kristenisasi, yang pada gilirannya turut mempengaruhi berkembangnya radikalisme Islam di Indonesia.
Begitu ungkap Utusan Khusus Presiden RI Untuk Dialog Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin saat menghadiri Konferensi Pekabaran Injil 2018 di Brastagi, Sumatera Utara pada 29 hingga 31 Mei lalu.
Menurut Din, sikap ekslusivisme, absolutisme, dan monopolistis adalah masalah pemuka agama di Indonesia saat ini. Apalagi, pemuka agama acapkali menjadikan masyarakat sebagai pasar bebas agama dengan dasar logika kebebasan dan hak azasi.
Perlu dipahami bahwa misi kerasulan Muhammad SAW adalah menyebarkan rahmat bagi alam semesta. Lil ‘alamin artinya seuruh alam, jadi bukan lil muslimin, atau rahmat hanya untuk seluruh Muslim," terangnya di hadapan 300 pemuka agama Kristen itu, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima redaksi, Sabtu (2/6).
Din menjelaskan bahwa dalam Muyawarah Besar Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa yang diselenggarakan oleh Kantor UKP-DKAAP di Jakarta pada Februari lalu, para pemuka agama telah membahas bersama dasar relasi hubungan antar agama yang harus bersandar pada persahabatan dan kemanusiaan sejati.
Kata dia, pertemuan itu juga menyepakati bahwa NKRI berdasarkan Pancasila adalah final.
Takdir kita adalah hidup sebangsa di dalam kemajemukan. Untuk itu, kita mengaku bahwa bersama kita dari Tuhan, untuk Tuhan dan kemanusiaan. Di dalam Islam, ini yang dimaksudkan dengan rahmatan lil alamin," ujar mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu seperti dikutip Kantor Berita Politik
Din menekankan bahwa kerukunan yang diperjuangkan bukan saja berdasarkan kebutuhan bangsa, tetapi juga kebutuhan orang perorang, kelompok per kelompok. Dengan kata lain, kerukunan tidak boleh menghalangi misi dan dakwah.
Sebaliknya juga, misi dan dakwah tak boleh mengganggu kerukunan," sambungnya.
- Mantan Ketua Demokrat Salatiga, Miftahudin Ambil Formulir Calon Wali Kota Atas Nama Pribadi
- KPU Demak Targetkan Akhir Januari Estimasi Pengepakan Logistik Selesai
- Temui Ganjar, Gibran dan Bobby Kompak: Makan Siang Bareng