Dinas Pendidikan Kota Semarang Kenalkan Urban Farming pada Pelajar SD

Dinas Pendidikan Kota Semarang menerapkan pertanian perkotaan atau urban farming kepada peserta didik di sekolah dasar (SD).


Plt Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang, Kartika Hedi Aji mengatakan, konsep urban farming bahwa lahan sempit bisa digunakan sebagai lahan pertanian dan menghasilkan sayur bisa dikonsumsi. Hal ini sekaligus menjadi salah satu langkah antisipasi akan adanya resesi global pada tahun depan.

"Mereka diajarkan menanam secara hidroponik. Memang tidak masuk dalam mata pelajaran tapi terintegrasi," kata Aji, sapaannya usai menghadiri panen sayur bersama Plt Wali Kota Semarang, Hevearita G. Rahayu, di SDN 1 Wates, Senin (21/11).

Aji menyampaikan, dalam penerapan urban farming juga terdapat nilai-nilai Pancasila yang diimplementasikan dengan kegiatan bercocok tanam. "Bertani itu ada sense of belonging, ada tanggung jawab untuk merawat, ada Pancasila-nya," lanjutnya.

Senada, Kepala Sekolah SDN 1 Wates, Anik Koestiyati mengatakan, program menanam sayur ini adalah bentuk kerjasama dengan wali murid bertujuan membentuk karakter para siswa. Anik juga berharap program urban farming di sekolahnya ini bisa menjadi role model dan ditiru sekolah lainnya sebagai upaya mempersiapkan ketahanan pangan di Kota Semarang.

"Kami juga sudah berkomunikasi dengan Dinas Pertanian untuk mensuplai bibit tanaman merambat seperti anggur, serta Dinas Perikanan agar mensuplai 500 ekor bibit lele," tandasnya.

Plt Wali Kota Semarang, Hevearita G. Rahayu mengatakan, program urban farming di sekolah akan menanamkan kepada anak-anak agar gemar bercocok tanam, asalkan memiliki kemauan yang kuat dari diri sendiri.

Selain itu, hasil dari urban farming bisa dimanfaatkan oleh orang tua untuk diolah. Ita juga menerangkan cara ini menjadi salah satu cara menekan inflasi di Kota Semarang. Ia berharap, lahan pekarangan kosong baik di sekolah atau di rumah bisa ditanami berbagai sayur mayur untuk kebutuhan sehari-hari.