Dinkes Kota Semarang Siapkan Program Inovatif Tangani Stunting dan Obesitas

Diskusi Prime Topik  bertajuk "Menyehatkan Anak, Menyongsong Masa Depan" yang diadakan di Hotel Quest, Jalan Plampitan, Semarang, pada Senin (12/8) siang. Umar Dani/RMOLJateng
Diskusi Prime Topik bertajuk "Menyehatkan Anak, Menyongsong Masa Depan" yang diadakan di Hotel Quest, Jalan Plampitan, Semarang, pada Senin (12/8) siang. Umar Dani/RMOLJateng

Dinas Kesehatan Kota Semarang (Dinkes) telah menyusun strategi baru untuk menurunkan angka stunting dan obesitas di Kota Semarang pada tahun 2024. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, dalam diskusi bertajuk "Menyehatkan Anak, Menyongsong Masa Depan" yang diadakan di Hotel Quest, Jalan Plampitan, Semarang, pada Senin (12/8) siang.


Diskusi ini menghadirkan Ketua DPRD Kota Semarang, Kadarlusman, dan Guru Besar Kesehatan Masyarakat dari Universitas Diponegoro, Nur Achadi Nugraheni, sebagai narasumber.

Abdul Hakam menegaskan bahwa penurunan angka stunting akan menjadi fokus utama di tahun 2024, namun masalah gizi lain seperti obesitas juga tidak akan diabaikan.

"Kita ditargetkan untuk mencapai zero stunting. Ini yang harus benar-benar diperhitungkan. Jangan sampai kita melakukan intervensi dan malah muncul kasus-kasus stunting baru," ujarnya.

Per Juli 2024, tercatat 977 kasus stunting di Kota Semarang, yang merupakan 1,16% dari total populasi anak. Meskipun intervensi telah dilakukan, angka ini belum menunjukkan penurunan signifikan.

Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kota Semarang merespons dengan meluncurkan program baru bernama Straberi (Strategi Beri Makan Siang Gratis), yang dijadwalkan akan mulai dilaksanakan pada bulan Oktober.

Program Straberi bertujuan untuk menyediakan makan siang gratis yang bergizi bagi anak-anak di beberapa kota dan kabupaten sebagai upaya pencegahan stunting dan obesitas. Menurut Hakam, program ini memiliki anggaran yang cukup besar, sehingga manajemen yang baik sangat diperlukan untuk mencapai hasil maksimal.

Straberi digagas oleh Walikota Semarang sebagai strategi pemenuhan gizi seimbang dan pencegahan obesitas. Program ini akan diluncurkan pada 15 Agustus mendatang, bersamaan dengan program Peterpan yang telah berjalan sejak tahun lalu. Peterpan adalah program edukasi di sekolah tentang makanan gizi seimbang.

Uniknya, bahan makanan untuk program Straberi akan disuplai dari urban farming dan diolah oleh ibu-ibu di Kecamatan Ngaliyan, yang kemudian akan diberikan kepada siswa-siswa di SD 01 Ngaliyan. "Ini adalah satu percontohan. Kalau bisa dilakukan seperti ini, kenapa harus lewat katering atau cara lain," jelas Hakam.

Hakam menambahkan bahwa bahan makanan yang disajikan harus bergizi, tidak mengandung bahan kimia, dan cara memasaknya juga harus sehat. Oleh karena itu, ibu-ibu yang memasak akan didampingi oleh nutrisionis dari puskesmas.

Dalam hal anggaran, program ini mengadopsi pendekatan urban farming, di mana perbandingan biaya memasak dengan bahan dari urban farming dan bahan yang dibeli di pasar akan diperlihatkan pada saat peluncuran. Menu yang disajikan mencakup sayur, ikan, dan ayam untuk memastikan keseimbangan gizi.

Meskipun program ini gratis bagi sekolah negeri, beberapa sekolah swasta di Semarang sudah memiliki program serupa yang dikelola secara mandiri. Dengan program-program inovatif ini, Dinas Kesehatan Kota Semarang berharap dapat menurunkan angka stunting secara signifikan dan menangani masalah obesitas di kalangan anak-anak.

Ketua DPRD Kota Semarang, Kadarlusman, menegaskan pentingnya penanganan serius terhadap kasus stunting dan kesehatan anak sebagai prioritas masa depan. "Kita harus serius, tidak hanya dorongan dari keluarga tapi juga lingkungan pemerintah. Semua harus bergerak bersama untuk mewujudkan lingkungan yang sehat," ujarnya.

Kadarlusman juga menyambut baik Program Straberi yang digagas oleh presiden baru dan menekankan pentingnya evaluasi terhadap program ini untuk memastikan bahwa sasaran, manfaat, dan efektivitasnya tepat.