Dinnakerind Demak Bantu Masyarakat Bekali Keterampilan, Agar Siap Kerja

Dinnakerind Demak adakan pelatihan keterampilan tenaga kerja menyiapkan masyarakat terserap industri dan menumbuhkan wirausaha baru. Dicky Aditya/RMOLJateng
Dinnakerind Demak adakan pelatihan keterampilan tenaga kerja menyiapkan masyarakat terserap industri dan menumbuhkan wirausaha baru. Dicky Aditya/RMOLJateng

Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Dinnakerind) Demak menghadirkan program pelatihan keterampilan kerja bagi masyarakat di Balai Latihan Kerja (BLK). Ini demi mengurangi pengangguran dan mempersiapkan masyarakat belum kerja bisa segera mendapatkan pekerjaan.


Kepala Dinnakerind Demak Agus Kriyanto menjelaskan, bekal keterampilan masyarakat dari pelatihan skill berguna agar calon tenaga kerja belum terserap lapangan kerja bisa langsung bekerja di industri dan usaha-usaha. BLK juga kerja sama dengan berbagai perusahaan agar peserta pelatihan dapat cepat bekerja. 

"Kita juga sudah membuat forum pelatihan dan industri. Anggotanya teman-teman BLK, dari SMK-SMK, dan HRD berbagai perusahaan. Jadi, program kita sesuaikan dengan kebutuhan pihak mitra. Kita bekali peserta dengan soft skill dari pelatihan," terang Agus, ditemui RMOL Jateng, Selasa (10/9). 

Namun, pelatihan itu tak sekedar mempersiapkan tenaga kerja siap kerja, Dinnakerind Demak juga mengarahkan tujuan bekal keterampilan supaya masyarakat menumbuhkan wirausaha baru. 

"Masyarakat kita beri pelatihan pemasaran mengembangkan industri kecil dan menengah (IKM). Output pelatihan bisa wirausaha, bisa ke pabrik. Bisa produksi semua. Apalagi untuk menjahit, kebanyakan akhirnya menekuni industri kecil," tambah Agus. 

Program pelatihan keterampilan itu dibagi, yaitu khusus bagi masyarakat siap kerja serta untuk keluarga kurang mampu mendapatkan penghasilan. Istilahnya dibedakan menjadi khusus pelatihan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) bagi warga kurang beruntung dalam ekonomi.

Sedangkan, keterampilan industri, ada kerja sama MoU dengan perusahaan sehingga bisa menyerap tenaga kerja. "Setelah pelatihan, ada pressure pelatihan untuk memantau para peserta setelah ikut pelatihan. Jadi, tetap ada penjajakan bentuk-bentuk pelatihan yang sudah diikuti masyarakat," jelas Agus.