Doa Netizen, Mudah-mudahan Politisi Begini Tak Terpilih Lagi

Rapat paripurna DPRD yang seharusnya menjadi ajang debat dan adu gagasan, malah menjadi ajang unjuk otot dan kekuatan. Bahkan, sampai naik meja dan melempar kursi. Perilaku yang tak pantas dicontoh.


Kejadian ini terjadi dalam rapat paripurna anggota DPRD Bone dengan agenda memba­has rancangan LKPJ 2018. Seorang anggota DPRD, Andi Syaifullah Latief melakukan tindakan yang memalukan dengan naik meja dan melempar kursi.

Dari video yang viral di media sosial, peristiwa itu bermula saat salah satu anggota DPRD, Andi Atoro, meneriaki sekumpulan anggota DPRD lainnya di dalam ruang rapat paripurna. Atoro mempertanyakannya ke kubu sebelah mengapa tidak mau membubuhi tanda tangan.

Tanda tangan yang dimaksud Andi supaya rapat paripurna memenuhi kuorum. Sebab, jika tidak kuorum paripurna tidak bisa dimu­lai. Rupanya, teriakan Andi Atoro ini meny­inggung anggota DPRD yang lain.

Salah satu yang tersinggung adalah Andi Saifullah. Tak terima dengan teriakan terse­but, Saifullah membanting kursi dan naik ke meja sidang sambil berteriak serta menunjuk-nunjuk anggota Dewan lainnya.

Dengan nada emosi, Saifullah melontarkan kata-kata menantang. "Saya bukan orang takut mati, kurang ajar semua ini, yang mulai siapa?!!" teriak Saifullah.

Anggota DPRD yang lain mencoba melerai dan menenangkan Saifullah yang sedang emosi. Namun, lelaki bertubuh gempal ini tetap berontak.

Gara-gara keributan ini, agenda sidang paripurna khusus untuk membahas rekomen­dasi DPRD atas LKPJ Bupati Bone tahun anggaran 2017 yang seharusnya dibuka pada pukul 10.00 Wita ditunda. Rapat baru dibuka Ketua DPRD Bone sekitar pukul 12.00 Wita.

Ketua DPRD Bone Andi Akbar Yahya men­jelaskan, keributan saat rapat paripurna bagian dari dinamika. Menurutnya, perbedaan itu biasa, namun tidak boleh ada yang menjudge bahwa pihak yang paling benar.

"Saya tidak buka karena peserta rapat belum kuorum, tapi saya pikir ini bukan persoalan kelembagaan tapi mungkin masalah pribadi," ungkapnya.

Saifullah yang dimintai komentar mem­bela diri. Dia bilang, tindakannya merupakan bagian dari kebebasan berpendapat anggota dewan dan hak imunitas. "Jadi begini, itu hal biasa, dinamika rapat. Di sini ada hak imuni­tas. Tadi mereka semua marah karena kami tidak tanda tangan di absen padahal itu hak. Kami sejak awal telah WO," katanya.

"Sebelumnya dari 7 fraksi hanya ada 3 fraksi yang setuju, ada anomali di dalam LKPJ ini, kami tidak mau ikut terlibat dalam pelang­garan hukum. Ini demi kepentingan rakyat," sambung Syaifullah.

Warganet berang. Berbagai kritikan dan sindiran dialamatkan kepada Saifullah.

Seperti di kolom komentar media online, user dengan nama Widi Syah Rezza mengatakan, meskipun panas tak seharusnya memperton­tonkan tindakan yang tidak terpuji. "Tapi gak mesti naik ke atas meja kali pak... Sopan santun nya dimana ya," sindirnya.

"Anggota dewan bodoh. Dia gak paham makna kebebasan dan gak ngarti imunitas dalam konteks berlaku preman," tulis User Harihariii.

"Wkwkwkwk... Kayaknya gw lebih tahu apa itu hak imunitas anggota legislatif.... Hak imun terhadap apa yang disampaikan di rapat (bahkan pendapat mengubah ben­tuk negarapun diperbolehkan) tapi bukan imun kalau sikapnya semaunya seperti itu... Jangan-jangan mereka juga anggap sah sah saja cium istri orang karena mereka anggota DPR. Kacau nih!," ujar user Wad.

Sindiran juga dilontarkan user Bima mahdi. Dia bilang, anggota DPRD banyak yang kurang paham arti dan makna hak imunitas. "Ya ini salah satu contohnya."

Sementara user Wawan H menganggap tin­dakan Saifullah sebagai anggota dewan tidak mencerminkan seorang pemimpin. "Keblinger, berlindung di hak imunitas, mudah-mudahan pe­riode selanjutnya tidak terpilih lagi," ucapnya.

Kecaman yang lebih pedas juga dilontarkan oleh user dana kadmirah yang menegaskan hak immunitas menjadi contoh yang tidak baik pak. "Dimana kamu belajar etika."

"Oooh kalau rapat naik meja dan berdiri sambil tolak pinggang itu hal biasa toh? berlindung di balik hak imunitas?????," ke­cam Sur Yoto yang diikuti oleh user Kelkk Kurniawan. "Waduh.... Jadi ternyata biasa toh anggota dewan mencak-mencak naik meja segala.... Sudah berapa kursi yang dipatahkan pak selama Anda menjabat wakil rakyat...? Ndak habis pikir kalo semua anggota dewan bersikap seperti itu dan berlindung dengan hak imunitas," katanya pedas.

Komentar bernada kritikan masih memban­jiri kolom komentar, seperti user Rusdi Hendri yang beranggapan jika perilaku naik ke meja perupakan sikap yang sok jagoan. "Itulah kalo anggota dewan diisi sekumpulan orang bodoh dan sok jagoan... Kerjanya cuma bisa teriak aja tanpa ada kontribusi yang nyata," katanya.

Selanjutnya, user Age justru menganggap tindakan Saifullah sebagai sikap norak yang miskin prestasi. "Yah elah... Norak lu coy, mendingan gedein prestasi daripada gaya doang. Gayanya bilang bukan orang takut mati kena typus bentaran aja juga udah ampun ampunan nih orang," ujar dia yang dibalas user Ekko Gustiar Lokajaya. "Yahhh, wakil rakyat yang terhormat aja begitu. Apalagi rakyatnya yang dikasih contoh begitu."

Tak mau kalah, user Tri Widodo mengang­gap sikap politisi PBB itu seperti anak TK yang tidak mengerti mengenai tata krama dan sopan santun. "Masih lebih terdidik anak TK, bisa di atur. Lha ini sebutanya anggota dewan yang terhormat kelakuanya tidak mendidik," sebutnya yang diiyakan oleh user Alfedri Alfedri. "Begitulah level anggota dewan sekelas taman kanak-kanak." "Memalukan dan tak bisa dijadikan teladan," kata Zozi Zie.

Berbeda, user Achonebo tidak terima dengan perkataan Saifullah yang mengang­gap tindakannya biasa di dalam rapat. "Hal yang biasa gimana? Atau kah adat sipakatau, sipakalebbi nya orang Bone sekarang cuma tinggal kenangan?? Apalagi bagi anda yang menyandang gelar Andi?."

"Naik meja hal biasa? Jangan-jangan seko­lah nya dulu biasa kali naik-naik meja hadeh­hhh di sekolah dulu orang sakti kali dia? Anak kepsek wkwkwkw," kata user Goram. ***