Varian Delta yang muncul dan menyebar dengan cepat membawa kekhawatiran tersendiri bagi banyak pihak, termasuk Amerika Serikat.
- Pejuang Kemanusiaan Penanganan Corona Beri Penghargaan Satgas Covid-19
- Pangeran William dan Kate Middleton Shock Pasca Pembunuhan Sir David Ames
- Buntut Latihan Militer Bareng AS, Korut Masih Enggan Terima Telepon Dari Korsel
Baca Juga
Dalam sebuah dokumen internal yang bocor ke publik akhir pekan ini, Amerika Serikat menilai bahwa varian Delta yang sama menularnya dengan cacar air, mungkin menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada jenis sebelumnya, dikutip dari Kantor Berita RMOL.
Selain itu, kasus terobosan pada individu yang divaksinasi mungkin sama menularnya dengan kasus yang tidak divaksinasi.
Dokumen yang bocor itu adalah presentasi slide internal yang diproduksi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Dokumen itu juga menekankan bahwa "perang telah berubah" sebagai akibat dari munculnya Varian Delta.
Dokumen ini pertama kali dilaporkan oleh The Washington Post dan telah diverifikasi oleh AFP.
Direktur CDC Rochelle Walenksy mengutip data dari presentasi minggu ini untuk membenarkan penggunaan masker untuk orang yang divaksinasi di daerah berisiko tinggi.
CDC juga menerbitkan laporan awal pada Jumat (30/7) tentang peristiwa superspreading, di Provincetown, wilayah di mana sekitar tiga perempat orang telah divaksinasi. Hal ini terkait dengan perayaan 4 Juli.
Oleh karena itu, CDC telah mengubah panduannya dengan mengatakan bahwa orang yang telah divaksinasi perlu menguji apakah mereka terpapar virus bahkan jika mereka tidak memiliki gejala.
Sementara itu, tinjauan dari negara lain menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 yang asli menular seperti flu biasa. Namun virus corona varian Delta bisa menginfeksi rata-rata delapan orang lainnya. Hal inilah yang membuat varian Delta menular seperti cacar air.
Tinjauan yang dilakukan oleh Kanada dan Skotlandia juga menyimpulkan hal serupa atau bahkan lebih parah, dengan kemungkinan rawat inap yang lebih tinggi.
Meski begitu, para ahli tetap menyarankan untuk menggunakan masker berlapis ketika keluar ruangan serta menerima suntikan vaksin sebagai solusi untuk krisis kesehatan saat ini.
- Pencarian Eril Ridwan Kamil di Sungai Aare Dilanjutkan Kembali
- NASA Sebut Letusan Gunung Berapi Tonga Ratusan Kali Lebih Kuat dari Bom Atom Hiroshima
- Saham Tesla Anjlok Pasca Elon Musk Beli Twitter