Ekonomi Biru, Jaga Ekosistem sekaligus Sejahterakan Masyarakat

Warga melintas di depan TPS 3R Kampung Pilah Sampah Kelurahan Mangkang Kulon, Kota Semarang, belum lama ini. RMOL Jateng
Warga melintas di depan TPS 3R Kampung Pilah Sampah Kelurahan Mangkang Kulon, Kota Semarang, belum lama ini. RMOL Jateng

Menjaga kebersihan laut dan kawasan pesisir merupakan salah satu upaya mewujudkan ekonomi biru. Menumbuhkan kesadaran untuk berperilaku ramah lingkungan menciptakan masyarakat pesisir lebih sejahtera serta ekosistem perairan lebih sehat.


Pemerintah Indonesia berkomitmen mewujudkan implementasi program-program ekonomi biru sebagai upaya mewujudkan tata laksana perikanan berkelanjutan. 

Dalam hal ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI memandang ekonomi biru menjadi hal penting untuk memulihkan kesehatan laut dan potensi kelautan yang menjadi kekuatan ekonomi. 

Implementasi pembangunan ekonomi biru akan dilakukan melalui lima program strategi. Diantaranya perluasan kawasan konservasi laut dengan target 30 persen dari total wilayah perairan, penerapan kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota berdasarkan zonasi, pengembangan budidaya untuk mendorong nelayan di zona penangkatan terukur dapat beralih paada budidaya berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Kemudian, menjamin wilayah pesisir dan pulau kecil terjaga dengan baik dan Program Bulan Cinta Laut (BCL) dengan membersihkan laut dari sampah di seluruh wilayah perairan Indonesia dan melibatkan nelayan lokal. 

"KKP mendukung secara penuh kemitraan sinergis untuk mendorong penguatan dan terkoordinasi antara pemerintah, akademisi dan stakeholders untuk mendukung program dan rencana kerja pemerintah Indonesia," ungkap Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, dikutip dari laman kkp.go.id.

Hal ini bertujuan agar laut Indonesia tetap sehat dan populasi biota perikanan terjaga dengan baik. Ekonomi biru dinilai sebagai hal penting dan menjadi acuan utama untuk memulihkan kesehatan laut dan potensi kelautan yang menjadi kekuatan ekonomi Indonesia. 

Di samping itu, terang dia, ekonomi biru yang berkelanjutan serta potensi ekonomi menjadi peluang yang harus dikerjasamakan. 

"Menghadirkan laut yang sehat adalah tugas bersama. Butuh langkah kolaboratif, sinergitas baik skala nasional maupun internasional. Pemerintah Indonesia sudah menegaskan komitmen dalam mengelola laut secara berkelanjutan," kata Menteri Trenggono lagi. 

Semangat menjaga laut tetap biru merupakan pekerjaan rumah bersama. Seperti yang dilakukan Komunitas Seangle Chapter Semarang, rutin membersihkan laut dari sampah. 

Nama Seangle terbentuk dari dua kata yakni sea atau laut dan angle atau sudut pandang membawa visi Indonesia yang ramah lingkungan dan bebas sampah dengan masyarakat yang berwawasan lingkungan.

Seangle beranggotakan generasi muda berusia 18-25 tahun. Mereka disebut ranger dan didominasi mahasiswa dari berbagai universitas di Kota Semarang. Diantaranya UNDIP, USM, UNNES, UNWAHAS dan masih banyak lainnya. 

Seangle Semarang juga memiliki kegiatan yaitu Seaschool, Rupiah (Rumah Pendidikan Sampah), dan Up-cycling. Kegiatan ini memberikan edukasi kepada anak-anak tentang pemilahan sampah yang benar. Indikator keberhasilan program ini tentu saja dilihat dari perilaku anak-anak setelah mendapatkan penyuluhan.

Lalu, ada Rupiah (Rumah Pendidikan Sampah). Program ini juga menyasar anak-anak. Bedanya dengan program seaschool, program ini mewajibkan anak-anak untuk membawa sampah dari rumah. Sampah-sampah itu kemudian diubah menjadi ekobrik.

Salah satu anggota Seangle Chapter Semarang saat memberikan sosialisasi tentang kelestarian alam dengan tidak membuang sampah sembarangan ke laut di Kawasan Tambak Lorok, Kota Semarang. Dok Seangle Semarang

Selanjutnya, program up-cycling fokus ke masyarakat dewasa terutama ibu-ibu. Program ini berusaha mengajak dan mengajarkan kepada ibu-ibu untuk memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai jual. 

"Mulai terbentuk tahun 2018 konsentrasi di wilayah Mangkang Kulon hingga 2020. Lalu, 2020-2022 kami bergeser ke area Tambak Lorok," kata Koordinator Seangle Chapter Semarang, Pranata Candra Perdana Putra, kepada RMOL Jateng, Jumat (9/12).

Seangle tidak berjalan sendiri. Di samping kegiatan tersebut, masih ada aksi bersih-bersih laut. Sekitar puluhan ranger akan menyusuri tepi laut untuk mengumpulkan sampah. Aksi ini bisa menghimpun sampah basah sekitar 114 kg. 

Lantas menggandeng Dinas Lingkungan Hidup untuk mengangkut sampah yang tidak bisa digunakan lagi ke tempat pembuangan akhir (TPA).

"Yang paling mencengangkan pernah menemukan kasur kapuk di Pantai Cipta. Koq bisa membuang sampah seperti itu di laut?," ungkapnya dengan nada bertanya.

Setiap daerah pesisir memiliki tantangan tersendiri. Di Kawasan Tambaklorok, Semarang Utara misalnya, banyak ditemukan sampah laut berupa alat pancing. 

"Dalam clean up sebulan sekali sekitar 3 kg alat pancing hanyut dan ditemukan. Kami kumpulkan dan dibuang di tempat seharusnya," kata dia. 

Anggota Seangle Chapter Semarang saat melaksanakan kegiatan pembersihan sampah di Pantai Marina, belum lama ini. Dok Seangle Semarang

Di tempat ini, Pranata dan kawan-kawan melakukan edukasi ke anak-anak nelayan. 

"Diharapkan anak-anak dapat mengajari orang dewasa turut menjaga kelestarian laut. Indikasinya perubahan perilaku warga setempat meski belum disebut berdampak drastis," terang dia. 

Pranata memiliki mimpi laut di pesisir Kota Semarang menjadi tujuan pariwisata laiknya kota wisata lainp. Oleh sebab itu, dia berharap para pengunjung pantai agar tertib menjaga ekosistem perairan. 

“Sebaiknya ada poster berisi imbauan maupun disediakan tong sampah dalam jumlan banyak agar mudah dijangkau pengunjung,” kata dia.

Upaya nyata pengelolaan sampah, di antarnya sampah laut, juga dilakukan oleh warga Kelurahan Mangkang Kulon yang berada di pesisir Kota Semarang.

Warga Mangkang Kulon berinisiatif membangun tempat pembuangan sampah (TPS) yang dinamakan Kampung Pilah Sampah.

Pengelola Kampung Pilah Sampah Kelurahan Mangkang Kulon, Kecamatan Tugu Kota Semarang, Nur Indarti menambahkan, TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sempat mengelola sampah dari Pantai Mangunharjo. 

"Sampah laut biasanya plastik dan makanan kemasan. Awal November lalu sempat bersih-bersih laut dan sampahnya banyak sekali," terang Iin, sapaan akrabnya kepada RMOL Jateng, Jumat (9/12).

Dia menilai, kesadaran pengunjung dan warga untuk membuang sampah mulai kendor. Sampah warga yang dibuang ke sungai/ kali akan berujung ke laut. Terlebih sampah dari pengunjung pantai yang abai terhadap kebersihan lingkungan. 

"Karena belum semua RW sampah rumah tangga dipihan di TPS sini," kata dia. 

Iin menerangkan, kehadiran TPS 3R baru berjalan aktif sejak 2021. Sedangkan, untuk merintis TPS ini sudah ditempuh sejak 2018. Sosialisasi pilah sampah terus dilakukan menyasar warga maupun pelajar di lingkungan tersebut. 

"Harapannya lingkungan Mangkang Kulon semakin bersih karena semua sadar untuk memilah samph serta membuang barang tidak terpakai di tempatnya," kata dia.

Di TPS 3R tersebut ada empat petugas yang akan memilih dan memilah sampah. Barang/barang yang sudah dibuang oleh warga juga dimanfaatkan untuk bahan kerajinan. Sedangkan, sampah laut yang bisa diolah kembali akan dibuat batik mangrove, kaligrafi dari bungkus rokok atau tas dan bunga dari plastik. 

"Ketika Pemkot (Semarang) ada pameran barang-barang tersebut bisa dijual. JTapi sekarang sudah tidak sempat jadi untuk hiasan di rumah masing-masing," kata dia.