Wali Kota Semarang, Hevearita G. Rahayu mengatakan penurunan angka terjadi cukup signifikan pada tingkat kemiskinan ekstrim di Kota Semarang. Saat ini angkanya berada pada 500 kepala keluarga (KK) atau sekitar 2.000 orang.
- Pemkot Semarang Resmikan Jembatan Nogososro
- Pengamat Transportasi Kritik Wacana Pemkot Semarang
- Forkopimda Kota Semarang Pastikan Pilkada Luber dan Jurdil
Baca Juga
"Kemiskinan ekstrim di Kota Semarang saat ini hanya sekitar 500 KK,” kata Ita, sapaan akrabnya, Kamis (6/7).
Ita menyampaikan jika saat ini Pemerintah Kota (Pemkot) Senarang sudah menyiapkan program untuk menangani kemiskinan ekstrim atau meningkatkan taraf hidup mereka sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing keluarga yang miskin.
"Kami sudah memiliki program yang akan dilakukan sebagai upaya penanganan sesuai kekurangan-kekurangannya. Karena bisa saja mereka tidak punya rumah atau pendidikan anak-anaknya yang kurang," bebernya.
Terkait dengan pendidikan, Ita menyebut bagi anak-anak yang masih kurang dalam mengenyam pendidikan maka akan difasilitasi akses pendidikan.
Sementara untuk yang membutuhkan tempat tinggal maka akan diupayakan untuk pengadaan tempat tinggal melalui dana CSR dari BUMD.
Hingga saat ini masih dilakukan pemetaan terhadap masyarakat yang memang mengalami kemiskinan ekstrim.
Nantinya setelah data terkumpul maka akan bisa dipantau oleh maisng-masing pemangku wilayah atau Kelurahan.
Lebih lanjut, Ita menerangkan untuk penanganan terhadap masyarakat yang mengalami kemiskinan ekstrim akan dilakukan satu per satu pada setiap keluarganya. Harapannya akan lebih mudah untuk ditangani.
"Kita akan menangani satu-satu kepala keluarga. Kami 'treatment' sendiri-sendiri sehingga lebih mudah, dan akan menjadi tanggung jawab masing-masing kelurahan. Ini sudah ada program-programnya," jelasnya.
Ita berharap dengan ditangani langsung oleh masing-masing pemangku wilayah sesuai dengan program yang sudah ditetapkan maka akan lebih efektif.
Meski demikian memang tidak semua kelurahan terdapat masyarakat dengan kemiskinan ekstrim.
"Kalau kemiskinan ekstrim itu salah satu standarnya adalah pengeluaran tidak lebih dari Rp10 ribu per hari. Tanggung jawab masing-masing kelurahan karena ada kelurahan yang nol (tidak ada kemiskinan ekstrim)," tuturnya.
Ita menyebutkan beberapa kelurahan yang masih memiliki masyarakat dengan tingkat kemiskinan ekstrim seperti Kelurahan Tanjungmas, Bandarharjo dan Jomblang.
"Harapannya tidak sampai 2024 sudah terselesaikan karena hanya sedikit ya, 500-an KK. Kami harapkan dengan upaya bersama-sama ini bagaimana bisa menurunkan kemiskinan ekstrim," tandasnya.
- Pemkot Semarang Resmikan Jembatan Nogososro
- Pengamat Transportasi Kritik Wacana Pemkot Semarang
- Forkopimda Kota Semarang Pastikan Pilkada Luber dan Jurdil