Ekonomi Kreatif Subsektor Kriya Yang Berkualitas Tinggi Dari Karangtengah Demak

Pembuatan Tas Subsektor Kriya Ekonomi Kreatif Dari Karangtengah Demak. Dokumentasi RMOLJawaTengah
Pembuatan Tas Subsektor Kriya Ekonomi Kreatif Dari Karangtengah Demak. Dokumentasi RMOLJawaTengah

Demak - Pengrajin tas bernama Suparno dari Karangtengah, Demak membangun usahanya sejak usia muda. Sebelumnya, pada1989 dia merantau ke Jakarta dan memulai mempelajari keahlian sebagai tukang jahit tas.

Di Jakarta, dia membekali diri dengan belajar sebanyak-banyaknya sebelum menjadi seorang pengrajin tas. Setelah merasa cukup, maka pada tahun 2009 Suparno kembali ke Desa Dukun RT01/RW01 Karangtengah demi dapat berkumpul kembali bersama dengan keluarganya.

Di Karangtengah ia dan istrinya mulai memproduksi tas tanpa mengenal lelah dan tanpa mengenal malu. Awalnya ia mendatangi sekolah-sekolah di sekitar desanya mulai dari tingkatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) bahkan juga ke bidan desa.

Ternyata tanggapan atas penawarannya membuahkan hasil luar biasa dan hal itu menjadi momentum penting baginya dalam membangun kewirausahaannya.

Dengan konsep sederhana yakni tidak ngoyo, Suparno (52) menceritakan perkembangan usahanya saat diwawancari pada Sabtu (05/10). Dengan keyakinan bahwa rezeki adalah suratan Gusti Allah dan tidak akan pernah salah alamat, Suparno giat menjalankan usahanya.

Awalnya usaha ini yang tidak bernama dan tidak berbadan usaha. Baru akhir-akhir ini mulailah dia memberi nama pada usahanya yakni Dua Putri dan Cahya. Itu pun dibantu dari pihak Dinas Tenaga Kerja Dan Perindustrian (Dinnakerind) yang mendukung perkembangan usahanya.

Hasil produksi yang dijualnya pun tidak mahal, dengan kualitas yang tidak kalah dengan yang dijual di pasaran. Misalnya ia menjual tas ransel laptop seharga Rp75.000 hingga Rp85.000. Sementara tas pinggang berharga sekitar Rp30.000 dan tas koper pakaian Rp65.000.

Meski harganya tergolong murah tetapi secara kualitas barangnya bagus dan awet. Tidak heran Suparno sering mendapatkan pesanan dari institusi yang membinanya, yakni Kantor Dinnakerind Demak, bahkan Pertamina atau pun Biro Umroh yang memesan tasnya untuk manasik. Sampai saat ini produk tasnya sudah dikirim ke berbagai tempat seperti Bali dan Sumatera.

Saat ditanyakan tentang kiat promosi untuk mengambangkan usahanya, Suparno yang lugu ini mengatakan bahwa “Saya tidak paham medsos.”

Suparno mengatakan uang yang didapatnya dengan caranya saat ini sudah mencukupi. Ketika ditanya apa kesulitan atau kendala usahanya, dia mengatakan “Tidak ada kesulitannya. Karena saya membuat barang berdasarkan pesanan.”  

Ketika mengalami masa orderan yang sepi, maka dia fokus pada usaha sampingannya yaitu beternak jangkrik dan kambing. Dia bersyukur dapat menjalani pekerjaan ini dan mendapatkan omset yang cukup  untuk membahagiakan keluarganya.

Di akhir obrolan, Suparno berharap bisa mendapat orderan yang rutin sehingga dua karyawannya  bisa mendapatkan nafkah untuk menghidupi keluarganya.

Usaha industri kecil menengah (IKM) seperti ini akan lebih memberdayakan perekonomian setempat apalagi apabila pengusaha seperti Suparno ini mendapatkan peningkatan bimbingan sehingga hasilnya akan memperbaiki taraf hidup para pengrajin tas di sekitarnya.