Elektabilitas Jokowi masih berkutat di angka 30 hingga 40 persen. Padahal setahun lagi Pemilihan Presiden 2019.
- PKS dan Demokrat Salatiga 'Klik', Latif Nahari - Diah Sunarsasih Kompak : Siapa Calon 'Monggo'
- Tim Hukum Pasangan Amin Laporkan Dugaan Kecurangan Suara Kepada Bawaslu
- Pilkada Karanganyar 2024, Anung Marwoko Siap Maju Jika Dapat Rekom
Baca Juga
"Hampir semua lembaga yang kerjaannya survei saja, tak berani bikin elaktabilitas Jokowi di atas 50 persen. Apalagi setelah melihat berbagai kegagalan pemerintahan Jokowi," sindir Ketua DPP Partai Gerindra, Iwan Sumule kepada redaksi Kantor Berita Politik RMOL, Senin (23/4).
Kegagalan ini menurut Iwan bisa dilihat dari proyek infrastruktur yang digembar-gemborkan pemerintahan Jokowi banyak yang ambruk dan diberhentikan. Hampir empat tahun berkuasa, Jokowi tidak bisa menepati janji-janji kampanyenya 2014 silam.
Faktanya janji 10 juta lapangan pekerjaan tak terjadi alias fiktif, malah Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Tiongkok yang dapat kemudahan sehingga membanjiri Indonesia.
Kemudian janji tidak akan impor pangan, ternyata sebaliknya 500 ribu ton beras dari Vietnam dan Thailand siap masuk ke wilayah Indonesia. Belum lagi kenaikan tarif listrik, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan juga kebutuhan pokok.
Bahkan kini kurs rupiah nyaris menyentuh Rp 14 ribu per dolar AS, jauh melesat dari janji kampanye Jokowi.
"Angka pertumbuhan yang dijanjikan 7 persen, ternyata hanya bisa dicapai sekitar 5,1 persen dalam tahun 2017 kemarin," paparnya.
Melihat data-data tersebut di atas, menurut Iwan, berbagai survei yang masih menempatkan pemimpin gagal mempunyai elaktibilitas masih di atas 50 persen diabaikan saja.
"Mestinya sudah tersisa lima persen, hilang nolnya," seloroh Iwan.
"Haqqul yakin 2019 kita akan memiliki presiden baru," imbuhnya.
- Paham Radikal Beredar Luas di Medsos, Tren Fenomena Terorisme Tunggal Meningkat
- Pertemuan Prabowo-Puan, Bahas Politik Hingga Kuda
- PDIP All Out Jadikan Andika Perkasa Cagub Jawa Tengah