Pendapat Para Penggiat Lingkungan Dan Akademisi Tentang Rencana Pengoperasian Pabrik Semen Di Pracimantoro

Kawasan Karst Dunia Di Pracimantoro, Wonogiri. Dokumentasi
Kawasan Karst Dunia Di Pracimantoro, Wonogiri. Dokumentasi

Wonogiri - Gerakan penolakan pendirian pabrik semen makin meningkat karena dokumen kelayakan lingkungan hidup (Amdal-red) terbit tanpa menyertakan masyarakat terdampak dalam proses penyusunannya. Warga pemilik lahan makin gerah karena minimnya sosialisasi hingga merasa terdzolimi.

Dokumen Amdal yang dikeluarkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah memberikan izin kepada PT Anugerah Andalan Asia untuk mendirikan pabrik semen dan PT Sewu Surya Sejati sebagai pemegang konsesi tambang batu gamping.

Sementara luas cakupan lahan untuk proyek pabrik semen meliputi Desa Watangrejo, Suci, dan Sambiroto. Sedangkan penambangan batu gamping meliputi Desa Watangrejo, Suci, Gambirmanis, Joho dan Desa Petirsari, Kecamatan Pracimantoro.

Jarak pembangunan dan penambangan yang dekat dengan kawasan bentang alam karst (KBAK) Gunung Sewu membuat para pegiat lingkungan khawatir proyek ini akan mengganggu sistem hidrologi yang telah terjaga baik sebelumnya.

Ketua Umum Masyarakat Speleologi Indonesia, Petrasa Wacana, menegaskan bahwa kehadiran pabrik semen akan menjadi ancaman bagi KBAK Gunungsewu (GS). “KBAK GS adalah ekosistem penting yang berfungsi sebagai penyimpan air,” ucapnya, dikutip dari Mongabay, 22 Januari 2025.

Petrasa juga merasa penasaran ketika pemerintah getol ingin pabrik semen berdiri di wilayah Pracimantoro, setelah sebelumnya menerima penolakan di wilayah kecamatan Giriwoyo pada 2014.

“Kanapa justru berpindah ke Pracimantoro. Padahal selatan Desa Watangrejo terdapat banyak gua, ponor dan mata air,” jelasnya. Hal tersebut menjadikan Petrasa makin ragu bahwa peningkatan ekonomi warga menjadi alasan dikeluarkannya ijin pendirian pabrik semen tersebut.

Sebagai geopark dunia yang ditetapkan oleh UNESCO, pendirian pabrik semen di KBAK GS akan mengundang pandangan dunia kepada permasalahan ini.

KBAK juga merupakan sumber carbon pricing bagi tiga provinsi yaitu Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Ini menunjukkan jasa lingkungan yang tinggi dari kawasan ini. “Idealnya pemerintah menyusun portfolio kontribusi mitigasi perubahan iklim dari karst, terutama sebagai penyimpan air dan karbon. Melalui mekanisme base payment untuk melindungi kawasan karst dari kerusakan yang akan menghilangkan nilai manfaat,” imbuh Petrasa.

Prof. Dr. Budi Sulistyo, pakar lingkungan yang terlibat dalam proyek ini menjelaskan bahwa pembangunan pabrik semen di Pracimantoro akan mengadopsi teknik Zero Run Off System (ZROS). Teknologi yang diklaim ramah lingkungan ini akan meresapkan air hujan ke dalam tanah dan menahannya sebagai cadangan air, sehingga tidak akan meluber ke pemukiman warga. “Teknik ZROS akan menahan limpasan air hujan dan mencegah banjir serta kekeringan,” jelasnya.

Namun luasnya lahan produktif yang beralihfungsi tentu menimbulkan dampak kerusakan lingkungan dan sosial yang jauh lebih tinggi.

Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Nurul Aini mengatakan bahwa polemik berbasis agraria di banyak tempat selalu menimbulkan konflik sosial yang mengganggu tatanan masyarakat yang akhirnya merusak harmoni dan relasi antar warga.

Dilansir dari situs berita lingkungan Mongabay.com, Kamis (11.03), Nurul menjelaskan bahwa keberadaan industry yang dipaksanakan akan memperparah konflik sosial, bahkan mengarah pada kriminalisasi yang lebih serius. Sehingga akan lebih bijak jika pembangunan industri tidak dilanjutkan.

Nurul melanjutkan bahwa kehadiran industri yang destruktif dan eksplotatif di kawasan karst akan menimbulkan kerusakan yang jauh lebih besar. Keuntungan dari industri tidak akan sebanding dengan hilangnya sumber pengetahuan baik sains maupun social science. “Kerusakan untuk jangka panjang, tidak hanya alam dan masyarakatnya tapi juga masa depan,” pungkasnya.

Juru Kampanye Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Alfarhat Kasman meyakinkan bahwa narasi tentang kesejahteraan bagi warga terdampak pabrik semen dan aktivitas tambang sangat menyesatkan.

"Bukan kesejahteraan, yang terjadi justru malah kemiskinan yang sangat masif karena ruang hidup warga terganggu dan dirusak. Mulai dari sumber pangan mereka, sumber ekonomi mereka yang dihancurkan dan itu semua adalah bagian penting yang tidak bisa dipisahkan daripada operasi atau eksploitasi pertambangan," tegasnya dikutip dari Kompas.com (25/04).

Alfarhat menegaskan belum pernah ada rekam jejak industri ekstraktif yang berhasil menyejahterakan warga.