Mendukung program pemerintah dalam pencapaian 23 persen pada tahun 2025 penerapan energi baru terbarukan (EBT), Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Banjarnegara menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk kebutuhan listrik pesantren. Instalasi tersebut terpasang berkat kerjasama dengan Universitas Diponegoro Semarang.
- 500 Personil Gabungan Dikerahkan Amankan Nataru di Salatiga
- Bupati Purbalingga Apresiasi Kicau Mania Piala Danyonif 406/CK
- Warga Diminta Tak Panik Berlebihan Menemukan Hewan Liar Sakit
Baca Juga
“Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan sistem on-grid bisa dijadikan salah satu alternatif untuk mengurangi biaya tagihan listrik karena PLTS ini bisa bekerja secara bersamaan dengan PLN sehingga listrik yang dihasilkan oleh PLTS akan mengurangi tagihan listrik PLN," kata Ketua tim pengabdian LPPM Undip, Jaka Windarta, Jumat (1/10).
Jaka menuturkan, PLTS cukup strategis ditempatkan di Indonesia karena letaknya berada di garis khatulistiwa. Banjarnegara sendiri memiliki serapan cahaya matahari yang cukup. Di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin menerapkan sistem panel atap yang dipasang pada atap masjid.
"Kami hubungkan ke gedung tata usaha pondok yang memiliki kapasitas daya terpasang 3520VA. Dengan menerapkan PLTS berkapasitas 1350 Watt maka PLTS dapat mengurangi tagihan listrik hampir setengah dari biaya normal," imbuhnya.
Ia mengatakan, PLTS dengan kapasitas 1350Wp, dapat memroduksi energi 5 sampai dengan 7 kWh tiap harinya. Dengan adanya PLTS ini, Pondok dapat menghemat biaya tagihan tiap bulannya sampai dengan Rp250 ribu.
"Hal ini tentunya sangat membantu pihak pondok untuk mengurangi biaya tagihan listrik tiap bulannya," katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin, M. Chamzah Hasan mengatakan, pihaknya sangat mendukung program PLTS. Sebagai sample sudah terbukti cukup membantu pengeluaran pesantren.
"Kita ada 2.500 santri yang semuanya membutuhkan listrik. Tentu ini sangat membantu. Dan paling penting, ini mendukung program pemerintah," kata pria yang pengurus Lembaga Wakaf PBNU ini.
Ia mengatakan, jika program ini diperluas hingga semua titik gedung di pesantren memiliki akses tersebut, maka akan sangat membantu pesantren. Lembaga yang ia pimpin sendiri memiliki tiga pendidikan formal dari jenjang Mts hingga perguruan tinggi.
"Secara matematis kami diuntungkan ganda. Pengeluaran menjadi hemat, disisi lain kami membantu mempercepat program energi baru terbarukan," tandasnya.