Tak Lelah Bangkitkan Energi di Musim Pandemi

PLTS Atap yang dikembangkan di Kantor Dinas ESDM Provinsi Jateng, sejak 2017 silam, dapat menghemat penggunaan listrik PLN sebesar 31 persen, serta efisiensi pembayaran tagihan listrik Rp3-10 juta setiap bulan (Foto-foto dan tabel: Dok. Dinas ESDM Jateng)
PLTS Atap yang dikembangkan di Kantor Dinas ESDM Provinsi Jateng, sejak 2017 silam, dapat menghemat penggunaan listrik PLN sebesar 31 persen, serta efisiensi pembayaran tagihan listrik Rp3-10 juta setiap bulan (Foto-foto dan tabel: Dok. Dinas ESDM Jateng)

Puluhan meter panel surya terpasang berjajar rapi di atas atap Kantor Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, di Jalan Madukoro Blok AA-BB Nomor 44 Semarang. Dengan daya 35 kilowatt panel (KWp), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Rooftop atau PLTS Atap itu dibangun pada Desember 2017 silam. Sejak terpasang PLTS Atap, kantor pemerintah itu dapat menghemat pembayaran tagihan listrik. Data yang diperoleh RMOL Jateng dari Bidang Energi Baru Terbarukan (EBT) di Dinas ESDM Jateng menyebutkan, pada Januari 2017, tagihan listrik Rp21.978.982, pada bulan yang sama 2018 turun menjadi 19.085.335, atau menghemat Rp 2.893.647. Penghematan yang bisa dilakukan rata-rata per bulan antara Rp 3-10 juta. Bahkan pada Desember 2018, penghematan tercatat tertinggi, mencapai Rp 13,8 juta. Pada 2017, total pembayaran listrik Rp297.523.281. Namun, pada 2018, total pembayaran listrik turun menjadi Rp204.970.590. Sehingga, total efisiensi yang dilakukan pada kurun waktu 2017-2018, sebesar Rp92.552.691.


Penggunaan energi surya, selain ramah lingkungan, terbukti menghemat biaya listrik PLN. Tak heran, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng terbilang gencar mencari sumber energi baru pengganti fosil, yang ramah lingkungan dan hemat biaya. Pengembangan energi surya, telah menjadi komitmen menjadikan EBT bagian dari Rencana Strategis (Renstra) Pemprov Jateng untuk mewujudkan kedaulatan di bidang pangan, air dan energi.

“Kami terus mengembangkan EBT sebagai bagian dari upaya mewujudkan kedaulatan energi di Jawa Tengah,” ungkap Kepala Dinas Energi dan  Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko, kepada RMOL Jateng, Senin (30/8).

Setelah dipasang di Kantor Dinas ESDM Jateng,  pembangunan PLTS Atap kemudian diikuti kantor dinas lainnya, yakni di Kantor Bappeda Jateng (2018) berkapasitas 30 KWp, disusul Kantor Setwan Jateng 30 KWp (2019),  22 unit 271 KWp di pondok pesantren (2019),  serta 14 titik di 11 kabupaten/kota total 505 KWp (2020).

 

Jateng Solar Province

Provinsi Jawa Tengah berada pada kisaran 100 derajat  Lintang Selatan dan memiliki radiasi matahari sebesar 3,5 kWh/m2/hari hingga 4,67 kWh/m2/hari. Potensi energi surya itu, selain dimanfaatkan membangun PLTS Atap, juga membangun PLTS Solar Home System (SHS) dan PLTS Komunal.

Hingga Akhir Juli 2021, telah dibangun 247 unit PLTS Atap baik on grid maupun off grid dengan total kapasitas  sekitar 8.000 KWp. Sektor industri di Jateng juga memberi dukungan terhadap pengembangan EBT, antara lain PT Tirta Investama yang membangun PLTS Rooftop berkapasitas 2,9 MW. PT Ungaran Sari Garment membangun PLTS Rooftop berkapasitas sekitar 202 KWp, Gudang PT. Djarum di Kota Semarang (160 KWp), PT. Central Java Power di Kabupaten Jepara (92,4 KWp), serta beberapa industri lainnya. Sebanyak 22 unit PLTS Komunal berkapasitas total 560 KWp juga dibangun untuk meningkatkan akses masyarakat di daerah terpencil terhadap listrik.

PLTS Atap di Kantor Setwan Jateng.

Potensi energi surya juga digunakan untuk fasilitas penerangan jalan umum (PJU). Pada 2017, dibangun 195 unit PJUTS (penerangan jalan umum tenaga surya). Pada 2018, dibangun lagi 4.335 unit. Pada 2019, dibangun lagi 3.089 unit, dan 3.374 unit pada 2020.  

‘’Semua upaya itu adalah bukti komitmen kami menjadikan Jateng Solar Province atau provinsi yang basis energinya dari matahari atau surya, pada 17 September 2019 lalu,’’ ujar Sujarwanto, yang menambahkan tengah dibangun pula PLTS Charging Station dan pembangunan Pompa Air Tenaga Surya.

 

Pandemi Covid-19

Pembangunan sektor EBT di masa pandemi Covid-19 ini terus berjalan. Pada Tahun Anggaran 2021, dibangun PLTS Rooftop untuk sektor UMKM dan Pondok pesantren sejumlah 31  unit di 8 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Pembangunan PLTS Rooftop UMKM, kata dia,  selain mendorong pengembangan EBT, juga membantu mengurangi biaya tagihan bulanan listrik sehingga dapat mengurangi biaya operasional dan  meningkatkan keuntungan penjualan. Pembangunan PLTS Rooftop di Pondok Pesantren, selain mengurangi biaya tagihan bulanan listrik juga dapat menjadi sarana edukasi bagi siswa.

Selain tenaga surya, pembangunan 100 unit Biogas. dapat menjadi solusi atas meningkatnya penggunaan LPG di masa Pandemi Covid-19. Penggunaan Biogas dapat menghemat penggunaan LPG 3 Kg sebesar Rp80 ribu per bulan dan mendorong peningkatan perekonomian masyarakat melalui pengembangan usaha berbasis EBT, seperti pembuatan makanan ringan dan camilan dengan bahan bakar Biogas.

 

Mendulang Beragam Potensi EBT

Potensi energi biogas berasal dari peternakan sapi yang tersebar di Provinsi Jawa Tengah. Menurut data BPS Jawa Tengah tahun 2019,  jumlah ternak besar (sapi perah dan sapi potong) sebanyak 1.909.450 ekor, sehingga dapat menghasilkan biogas 1.082.022 m³ per hari atau setara 236 Juta m³ selama setahun.

Pemanfaatan energi biogas untuk penerangan rumah penduduk di Banjarnegara.

Banyaknya sentra ternak di Jawa Tengah berpotensi untuk pembangunan Biogas sebagai proyek percontohan.  Hingga 2020, sumber pendanaan Biogas sudah tidak ada yang berasal dari APBN maupun DAK. Sumber pendanaan pembangunan Biogas dari APBD Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas ESDM sejumlah 251 unit (2013-2021).

Jateng juga memiliki potensi Biogenic Shallow Gas (BSG), yang sudah teridentifikasi 14.476.194 SCF (standart cubic feet) yang terdapat di Kabupaten Pemalang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Pati, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Rembang, Kabupaten Sragen, Kabupaten Magelang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Cilacap.

Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028, Provinsi Jawa Tengah memiliki potensi tenaga air yang dapat dikembangkan hingga 360 MW. Potensi air di Jawa Tengah sudah dikembangkan melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Saat ini, terdapat 49 unit PLTMH Offgrid berkapasitas total 359,14 MW yang telah beroperasi dan berstatus IPP (independent power producer) dan 3 unit dalam kondisi rusak yaitu PLTMH Mejagong, PLTMH Kalianget, PLTMH Karang Tengah di Kabupaten Pekalongan.

Jawa Tengah juga memiliki potensi panas bumi cukup besar. Potensi panas bumi yang sudah dimanfaatkan sebagai Pembangkit Tenaga Listrik Panas Bumi di Dieng, dengan kapasitas daya terpasang 60 MW dan kapasitas daya mampu PLTP Dieng 45 MW. Beberapa wilayah kuasa pertambangan (WKP) panas bumi yang sedang dikembangkan, baik tahap eksplorasi maupun pengembangan, diantaranya WKP Baturaden Jateng, WKP Dieng (2 unit 55 MW, dan 1 unit 10 MW Small scale, Binary Scale), WKP Candradimuka dan WKP Mangunan Wanayasa.

 

Potensi Biomassa

Dikembangkan pula pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dari potensi biomassa. Saat ini, terdapat PLTSa Putri Cempo Surakarta dengan Operator PT Solo Citra Metro Plasma Power (CMPP) dengan rencana kapasitas 10 MW. Lalu, PLTSa TPA Jatibarang Kota Semarang dengan Kapasitas 800 KW bertipe Landfill Gas yang merupakan hibah dari DANIDA Denmark dan sudah beroperasi sejak tahun 2019.

Saat ini, terdapat rencana penambahan kapasitas 12 MW bertipe thermal (on progress) pada program percepatan Outline Business Case dan telah diserahkan oleh KIAT (Australia) kepada Pemkot Semarang pada 26 Februari 2020. Kemudian, PLTSa Jeruklegi Cilacap yang menghasilkan Refused Derived Fuel (RDF) dengan off taker  PT. Solusi Bangun Indonesia, sekaligus menggunakannya sebagai bahan bakar cofiring pada industri semen.

Dari semua potensi EBT, energi bayu atau angin yang terbilang potensinya sangat minim.  Dari beberapa penelitian, potensinya berada di daerah pesisir pantai selatan, yakni Kabupaten Purworejo, Kebumen, dan Cilacap. Di Pulau Karimunjawa, Kabupaten Jepara, kecepatan angin tertinggi pada bulan Januari 4,23 m/s dan terendah Desember 2,69 m/s.  Namun, hanya di Kabupaten Tegal, pihak  PT. Java Energi Eoliana  siap menggarap potensi itu dengan kapasitas 60 MW, dan saat ini sedang tahap pembuatan AMDAL.

 

Bauran Energi

Berbagai kerja keras Jateng yang tak kenal lelah dalam mengembangkan EBT, itu membuahkan hasil. Jateng berhasil melampaui target bauran EBT sesuai Rencana Umum Energi Daerah (RUED). Pada 2018, dari target bauran EBT 10,32%, berhasil dicapai 10,82%. Pada 2019 dari target 11,11% tercapai 11,69%. Untuk tahun 2020, dari target yang dicanangkan 11,60%,  tercapai 11,89%.  

Bauran EBT itu terus ditargetkan meningkat setiap tahun.  Tahun ini, target bauran EBT 13,14% dan 2022 sebesar 15,29%.  Pada 2023,  Jateng menargetkan 15,96%, dan 2025 sebesar 21,32%. Dengan dukungan semua pihak, Sujarwanto optimistis seluruh target untuk meningkatkan penggunaan EBT di Jawa Tengah itu,  diyakini bakal tercapai.