Es Krim Ben & Jerry's Berhenti Berjualan Di Tepi Barat Sebagai Penolakan Atas Pendudukan Israel

Merek es krim milik Unilever, Ben & Jerry's, mengumumkan akan berhenti menjual produk mereka di pemukiman Tepi Barat sebagai penolakan atas pendudukan Israel.


Pengumuman itu disampaikan oleh Ben & Jerry's dalam sebuah pernyataan pada Senin (19/7). Perusahaan yang berbasis di Vermont, Amerika Serikat (AS) itu mengatakan tidak akan memperbarui perjanjianlisensi dengan wilayah tersebut, dilansir dari Kantor Berita RMOL.

"Kami percaya itu tidak konsisten dengan nilai-nilai kami untuk es krim Ben & Jerry's untuk dijual di Wilayah Pendudukan Palestina (OPT). Kami juga mendengar dan memahami kekhawatiran yang dibagikan kepada kami oleh penggemar dan mitra terpercaya kami," ujarnya, seperti dikutip The Washington Post.

Meski begitu, perusahaan mengatakan mereka akan tetap berjualan di Israel melalui pengaturan berbeda.

Keputusan tersebut didukung oleh Unilever, di mana perusahaan mengatakan Ben& Jerry's telah mengambil keputusan mengenai misi sosialnya.

"Kami juga menyambut baik fakta bahwa Ben & Jerry's akan tetap berada di Israel," tambah Unilever.

Sementara itu, para pejabat dan tokoh penting di Israel memberikan kecaman pada Ben & Jerry's. Keputusan tersebut dianggap telah menjadikan Ben & Jerry's sebagai es krim anti-Israel.

"Ada banyak merek es krim, tetapi hanya satu negara Yahudi," ujar Perdana Menteri Israel Naftali Bennett.

"Ben & Jerry's telah memutuskan untuk mencap dirinya sebagai es krim anti-Israel. Keputusan ini salah secara moral dan saya yakin akan menjadi jelas bahwa itu juga salah secara komersial," tambahnya.

Bennett menegaskan, pemboikotan terhadap Israel merupakan kerugian dan tidak akan berhasil.

Di sisi lain, Komite Nasional BDS (Boikot, Divestasi, dan Sanksi) Palestina, menyambut keputusan Ben & Jerry's sebagai langkah tegas untuk mengakhiri keterlibatannya dalam pendudukan Israel dan pelanggara hak-hak Palestina.

Kelompok itu juga mendorong Ben & Jerry's untuk mengakhiri semua operasinya di Israel karena kegiatan apartheidnya.