FT UNS Produksi Nasal Cannula Alat Bantu Pernapasan Untuk Pasien Covid-19

Ubaidillah, Ph.D, ketua tim produksi Nasal Cannula FT UNS/RMOLJateng
Ubaidillah, Ph.D, ketua tim produksi Nasal Cannula FT UNS/RMOLJateng

Tingginya penggunaan oksigen di rumah sakit membuat kebutuhan sejumlah peralatan medis juga meningkat. Termasuk penggunaan nasal cannula, atau selang alat bantu pernapasan pada lubang hidung.


Untuk mendukung kebutuhan alat medis Nadal Cannula tersebut, Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta membantu dengan memproduksi nasal cannula untuk RS dr Moewardi Surakarta.

RSUD dr. Moewardi sebagai mitra FT UNS juga terkendala suplai komponen nasal cannula yang terganggu dan sering terlambat, ditambah dengan tingginya penggunaan alat tersebut.

"RSUD dr. Moewardi mengalami kelebihan kapasitas ruangan akibat membludaknya jumlah pasien Covid-19 yang dirawat. Akibatnya, terjadi kekurangan stok nasal cannula yang merupakan komponen High Flow Nasal Cannula (HFNC)," ungkap Ubaidillah, Ph.D, ketua tim produksi Nasal Cannula.

Produksi nasal cannula yang terselenggara berkat kerja sama antara Laboratorium Getaran Program Studi (Prodi) Teknik Mesin FT UNS dengan RSUD dr. Moewardi, dicetak dengan menggunakan printer 3 dimensi.

Dalam hal ini, tim produksi Nasal Cannula diketuai oleh Ubaidillah, Ph.D dengan beranggotakan Dr. Eng. Aditya Rio Prabowo, Didik Djoko Susilo, S.T., M.T., Wibowo, S.T., M.T., dan Dharu Feby Smaradhana, S.T., M.Sc.

“Penanganan pasien tidak lancar karena ketersediaan alat terapi tidak sebanding dengan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat. HFNC ini memerlukan komponen nasal cannula tipe aliran tinggi yang terpasang di hidung pasien,” ujar Ubaidillah, Ph. D.

Ia menambahkan, dalam penanganan pasien Covid-19, HFNC digunakan sebagai alat untuk mengirimkan oksigen tambahan atau meningkatkan aliran udara dengan laju aliran sekitar 30- 90l/menit.

“Nasal cannula yang biasa tidak bisa digunakan untuk laju aliran 30-90 l/menit. Berdasarkan hasil simulasi aliran fluida dari HFNC pada simulasi cfd yang didesain normal, didapatkan hasil bahwa kecepatan dan tekanan di kedua outlet memiliki nilai yang berbeda,” jelasnya.

Ubaidillah, Ph. D menerangkan, proses produksi yang dilakukan timnya dapat menjawab keterbatasan jumlah nasal cannula dengan pembuatan molding atau cetakan dari nasal cannula. 

Dengan molding ini, pembuatan nasal cannula yang menggunakan teknik plastic injection molding dapat menghasilkan alat dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang relatif cepat. 

“Adapun, kelebihan yang diberikan oleh nasal cannula dan pembuatan molding, yaitu nasal cannula bukan hanya untuk pasien Covid-19 saja, tetapi dapat digunakan untuk pasien yang mempunyai diagnosis penyakit paru obstruktif kronik, Restrictive Thoracic Diseases (RTD), Obesity Hypoventilation Syndrome 5, deformitas dinding dada, penyakit neuromuskular, dan Decompensated Obstructive Sleep Apnea. Selain itu, dengan adanya molding dari nasal cannula, proses produksi dari alat tersebut menjadi meningkat,” pungkasnya.