Gedung Ki Narto Sabdo Masih Menunggu Sarpras Lengkap Sebelum Dimanfaatkan untuk Pertunjukkan

Gedung kesenian Ki Narto Sabdo hingga saat ini memang belum diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang. 


Pasalnya, setelah selesai pembangunannya, gedung kesenian berkonsep internasional yang berada di kawasan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) ini masih belum dilengkapi sarana prasarana (sarpras) yang lengkap dan memadai.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Disbudpar Kota Semarang, Wing Wiyarso. Wing mengatakan gedung kesenian tersebut memang belum sepenuhnya dioperasionalkan karena memang dari segi sarpras masih belum, lengkap.

"Fisiknya memang sudah jadi, tapi belum diserahkan. Bu Wali minta Distaru untuk mengisi kekurangannya dulu," kata Wing, Senin (27/2).

Kekurangan sarpras tersebut seperti lighting, brijing, ruang rias, pintu pendingin ruangan, sound system dan lainnya. 

Ia menyebut jika dipaksakan dengan menyewa alat agar gedung bisa dipergunakan maka akan membebani APBD dan hasilnya juga akan kurang maksimal. Terlebih gedung ini memang di setting untuk tempat pertunjukkan berskala internasional.

"Dari pada nggak maksimal, harus dilengkapi dulu kekurangan sarprasnya. Memang ada sound tapi untuk gedung pertemuan bukan untuk pertunjukan, tentu harus propper dari segi kualitas dan spesifikasi," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Kota Semarang (Dekase), Adhitia Armitrianto mengatakan gedung kesenian yang terbilang megah ini memang dikonsep untuk pertunjukkan seni budaya, musik dan lainnya dengan standar internasional. 

Ia mengaku jika gedung secara fisik memang sudah terbangun namun untuk perlengkapan di dalamnya seperti sound, layar hingga lighting yang ada saat ini masih standar untuk pertunjukkan lokal.

"Fisiknya memang sudah jadi, tapi informasinya belum sesuai harapan, karena masih ada kekurangan untuk sarana pertunjukan," kata Adhit, sapaannya.

Meski sarpras belum lengkap, Adhit sangat mengapresiasi gedung kesenian Ki Narto Sabdo yang telah disulap menjadi gedung kesenian yang megah dan digadang-gadang menjadi gedung kesenian bertaraf internasional.

"Secara pribadi, saya mendukung agar perlengkapan untuk penampil ini harus dilengkapi. Di Semarang, memang ada Gedung Radjawali, dengan fasilitas internasional. Tapi kan ini milik swasta," tuturnya.

Lebih lanjut, Adhit mengatakan konsep dari Gedung Ki Narto Sabdo memang bisa digunakan untuk konser maupun pertunjukkan teater. Bahkan wayang orang Ngesti Pandawa juga bisa menggunakan gedung tersebut. 

"Kalau Ngesti Pandawa idealnya harus ada gedung khusus, mereka punya ciri khas geber dan kostum yang cukup banyak. Bisa difokuskan di wilayah TBRS," jelasnya.

Adhit mengatakan sebelum gedung Ki Narto Sabdo resmi dibuka, sebaiknya segala fasilitas dan infrastruktur sudah dilengkapi. 

Sehingga nantinya hanya tinggal pengelolaan yang akan dilakukan oleh Disbudpar harus dikelola secara profesional jika fasilitas gedung tersebut sudah lengkap dan siap digunakan untuk pertunjukkan.

"Sembari menunggu lengkap, ya kita harus bersabar. Tapi harapan saya tahun ini bisa dilengkapi dan bisa digunakan," tandasnya.