- Pemerintah Perlu Fokus Pada Strategi Fulfillment Karyawan
- Rafale Dan Tameng Rasionalisasi: Menghindari Evaluasi Publik Atas Politik Anggaran
- Wacana Pencopotan Gibran: Anak Haram Konstitusi
Baca Juga
Setiap tanggal 20 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional - sebuah momen bersejarah yang menandai lahirnya kesadaran kolektif untuk bangkit dari penjajahan dan memperjuangkan kemerdekaan.
Hari ini bukan sekadar rutinitas upacara atau barisan pidato seremonial. Ia adalah pengingat bahwa kebangkitan tidak lahir dari senjata semata, melainkan dari kesadaran, pendidikan, dan semangat persatuan.
Lahirnya organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 menjadi titik tolak gerakan nasionalisme modern Indonesia. Para pemuda terpelajar saat itu sadar bahwa untuk merdeka, bangsa ini harus bersatu dan bangkit dari belenggu keterbelakangan. Mereka membangun kesadaran akan pentingnya pendidikan, kesehatan, dan perbaikan nasib rakyat secara menyeluruh. Boedi Oetomo bukanlah partai politik, melainkan gerakan moral yang menyuarakan suara kebangsaan di tengah tirani penjajahan.
Kebangkitan Nasional adalah awal dari jalan panjang menuju Proklamasi 17 Agustus 1945. Ia menjadi landasan lahirnya berbagai organisasi pergerakan seperti Sarekat Islam, Muhammadiyah, Indische Partij, hingga Partai Nasional Indonesia. Semua ini menunjukkan bahwa semangat kebangkitan menular, melahirkan gelombang demi gelombang perjuangan, dari Sabang sampai Merauke.
Kini, lebih dari seabad setelah kebangkitan itu, kita sebagai generasi penerus dihadapkan pada tantangan yang berbeda. Kita tidak lagi melawan penjajah asing dengan bambu runcing, tetapi menghadapi penjajahan gaya baru: kemiskinan, ketimpangan, radikalisme, korupsi, dan kemunduran moral. Maka, semangat kebangkitan harus terus menyala - dalam bentuk kerja nyata, integritas, dan cinta tanah air yang tidak lekang oleh zaman.
Kebangkitan hari ini bukan hanya milik para pejabat atau pemimpin, tetapi milik setiap warga negara. Seorang guru yang mengajar dengan tulus, seorang petani yang setia mengolah tanah, seorang pemuda yang berinovasi untuk negeri - merekalah pejuang kebangkitan zaman ini.
Mari kita warisi semangat para pendahulu dengan cara kita sendiri: bangkit, bersatu, dan bekerja untuk Indonesia yang lebih adil, cerdas, dan bermartabat. Sebab sejatinya, kemerdekaan tidak cukup hanya diraih - ia harus terus diperjuangkan dan dimaknai, setiap hari.
*) Sudadi, Staf Khusus DPP LVRI, Veteran Perdamaian/Kontingen Perdamaian Garuda VIII 1978-1979
- Menuju Bebas Korupsi, BNNK Batang Dipantau Tim Penilai Nasional
- Hari Ini, Desa Dan Kelurahan Di Banjarnegara Selesai Gelar Musdesus Kopdes Merah Putih
- Pemerintah Perlu Fokus Pada Strategi Fulfillment Karyawan