- Salatiga Waspada Dini Terhadap Hepatitis
- Pemkab Batang Rakor Percepatan Verifikasi Peserta PBI Targetkan UHC
- Keraton Solo Jadi Sentra Vaksinasi Untuk 15 Ribu Peserta
Baca Juga
Tim Pendamping Keluarga di Kabupaten Purworejo mengikuti kegiatan 'Sinergi dan Kolaborasi Tenaga Lini Lapangan Untuk Mensukseskan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting' yang diadakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyelenggarakan di pendopo rumah dinas bupati Purworejo, Jumat (21/6/).
Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31, tahun 2024. Hadir langsung Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo, Bupati Purworejo Yuli Hastuti, jajaran OPD Purworejo serta tamu undangan lainnya.
Hasto mengatakan, dalam peringatan Harganas kali ini para TPK, termasuk di Purworejo dikumpulkan dan diberikan pembekalan untuk meningkatkan pengetahuan, dan kapasitas mereka dalam mendampingi keluarga.
"Ini Hari Keluarga Nasional, kita mengumpulkan kader-kader di beberapa tempat, termasuk di Purworejo, dan kami mengapresiasi karena capaian dari Purworejo cukup bagus, seperti yang dilaporkan, kemudian tentang Stunting yang masih 20 persen tidak ada masalah karena hari ini baru penimbangan serentak, nanti hasilnya itu yang kita percaya, saya optimis Purworejo hampir pasti dibawah 20 persen," terang Hasto pada sela-sela kegiatan.
Dalam kesempatan ini, Hasto menyoroti beberapa masalah yang sering terjadi, dan menjadi ganjalan dalam sebuah keluarga.
"Hal lain, kualitas SDM yang sekarang ini masih banyak yang memprihatinkan, ada kawin usia muda, kemudian perceraian, itu di hari keluarga nasional ini kita sosialisasikan," ungkapnya.
Dengan adanya masalah itu, Hasto berharap TPK bisa menjadi teladan bagi semua keluarga di Indonesia yang didampinginya.
"Harapan saya TPK itu menjadi teladan, dalam kehidupan berkeluarga. Saya berharap betul TPK itu menjadi contoh bagi tetangga-tetangga," harap Hasto.
Tim Pendamping Keluarga ini, lanjutnya, memiliki peran mendampingi keluarga. Satu tim yang terdiri dari 3 orang bidan, PKK, dan Kader KB rata-rata mendampingi 15 Kepala Keluarga (KK).
"Kalau ada yang hamil, mereka mencatat, menasehati, kontrol, kalau misalkan mau melahirkan, mereka juga mengingatkan agar melahirkan di tempat yang aman, mengingatkan periksa darah, anemia tidak. Kalau ada yang mau menikah mereka juga mengingatkan, periksa dulu sebelum menikah, kemudian sudah memenuhi syarat belum untuk hamil, kalau belum memenuhi syarat didampingi agar KB dulu. Agar tidak melahirkan anak Stunting, karena sepertiga dari bayi yang lahir di Purworejo ini, kurang lebih dari pengantin baru, karena 80 persen hamil di tahun pertama," papar Hasto.
Sejauh ini, BKKBN telah BKKBN telah merekrut sekitar 600 ribu TPK secara nasional. Di Purworejo sendiri ada sekitar 1.500 TPK. Kedepan, kata Hasto, TPK ini perlu untuk terus meningkatkan kapasitas mereka.
"Untuk konselingnya masih perlu ditingkatkan. Karena pengetahuan mereka terbatas, mereka (TPK-red) ada bidan, PKK, lalu penyuluh KB. Perlu terus dilatih, ditingkatkan kapasitasnya, itu yang paling penting," kata Hasto.
Sementara itu, Bupati Yuli mengatakan, Stunting merupakan salah satu tantangan besar yang harus dihadapi bersama. Menurut Survey Kesehatan Indonesia (SKI), angka stunting di Kabupaten Purworejo masih cukup tinggi yakni 20,6 persen di tahun 2023.
"Meski demikian angka tersebut sudah mengalami penurunan 0,7 persen dari tahun 2022 sebesar 21,3 persen. Tingginya angka stunting ini menunjukkan bahwa kita perlu bekerja lebih keras dan lebih cerdas dalam menangani masalah ini. Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi yang berdampak pada masa depan anak-anak ," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, melalui Program Bangga Kencana menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi berbagai permasalahan terkait keluarga dan kependudukan, termasuk stunting.
"Harmonisasi dan sinergitas antara BKKBN, OPD KB, Penyuluh KB dan Kader IMP menghasilkan keberhasilan penurunan angka kelahiran (TFR) dari 2,11 anak per wanita usia subur di tahun 2022 menjadi 1,16 anak per wanita usia subur di tahun 2023. Untuk itu saya berharap, melalui pembinaan berjenjang bagi peserta KB, konsep keluarga kecil bahagia sejahtera dapat terus diimplementasikan dengan baik dalam masyarakat," pungkasnya.
- Masuk 12 Provinsi Prevalensi Tinggi, Jateng Ditantang Turunkan Angka Stunting
- RAN PASTI, Perang Bersama Mencegah Stunting
- Kepala BKKBN : Stunting Harus Diatasi dengan Tepat