Kepala BKKBN : Stunting Harus Diatasi dengan Tepat

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menegaskan, masalah stunting harus diatasi dengan tepat dan bisa dicegah.


"Kalau stunting itu memiliki tubuh lebih pendek kan rugi tidak bisa masuk ke kepolisian atau TNI, olahraga juga prestasinya terbatas," kata Hasto, Senin (8/11) di sela-sela penandatanganan komitmen Kelurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak serta penanganan stunting di Kelurahan Tanjung Emas Semarang.

Hasto menyebut, orang dengan stunting juga memiliki kemampuan akademik rendah serta kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Selain itu, orang stunting yang berusia diatas 45 tahun, umumnya jika banyak makan makan akan lebih gemuk karena pendek. 

"Sekali lagi saya katakan, stunting itu harus dicegah tidak hanya diatas saja," tegasnya.

Seribu hari pertama setelah bayi lahir adalah masa emas dimana orang tua harus benar-benar memperhatikan gizi anaknya, agar tidak terjadi stunting. Dalam masa tersebut adalah waktu dimana fisik anak bisa tumbuh secara sempurna. Kemudian 1.000 hari setelahnya maka otak otomatis tidak berkembang.

Hasto menyebut bahwa pencegahan stunting juga mulai dihitung sejak bertemunya sel telur dan sperma. Untuk itu, lanjut Hasto, calon pengantin bisa melakukan prakonsepsi, serta calon pengantin perempuan harus menjalani pemeriksaan seperti hemoglobin (HB) dan lingkar lengan atas.

"Nantinya kalau lengan kurang dari 23 cm maka akan ada resiko melahirkan anak stunting. Sedangkan kalau HB kurang dari 11,5 maka juga ada resiko anak stunting. Selain itu jangan sampai kekurangan asam folat dan vitamin D karena kalau vitamin D kurang maka plasenta akan tipis," ungkapnya.

Tidak hanya itu, calon pengantin perempuan juga harus dipastikan tidak mengalami anemia. terlebih perempuan dalam setiap bulan akan mengeluarkan darah mentruasi. Hasto menyebut ada 30 persen remaja perempuan yang mengalami anemia karena menstruasi. Hal ini yang membuat perempuan perlu minum obat penambah darah.

Para ibu juga diharapkan bisa memberikan ASI eksklusif minimal pada enam bulan pertama setelah bayi lahir. Hal ini juga merupakan salah satu mencegah stunting. Namun dewasa ini banyak ibu muda yang gagal memberikan ASI eksklusif di enam bulan pertama karena kurang mengeluh payudara bengkak dan sakit.

"Ada trik untuk menyusui biar tidak bengkak, jadi ASI harus dikeluarkan setiap tiga jam tapi ibu muda sering salah. Jadi harusnya pemberian ASI itu payudara kiri lima menit, payudara kanan tujuh menit dalam sekali menyusui. Payudara kedua lebih lama karena bayinya sudah kenyang. Supaya adil, jadi lebih lama," paparnya.