Teddy Sulistio menegaskan dirinya segera menemui Ketua DPD PDIP Jateng Bambang 'Pacul' Wuryanto di Semarang usai dari Jakarta menemui Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Hasto Kristiyanto.
- Agustina-Iswar: Siap Tingkatkan Layanan BRT Dan Majukan Transportasi Murah Dan Berkualitas
- Patahkan Mitos, Utusan PKS Ambil 2 Formulir Sekaligus Di PDI-P Salatiga
- Dukung MLB NU, 100 Kiai se Jateng Bentuk Presidium "Maklumat Sarang"
Baca Juga
"Malam ini pulang (dari Jakarta), besok menghadap DPD (di Semarang)," tandas Teddy Sulistio kepada RMOLJateng saat dikonfirmasi masih berada Jakarta, Senin (8/11).
Teddy pun menyodorkan surat undangan DPD PDIP Jateng yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris DPD PDIP Jateng.
Berbeda dengan surat yang dikirim DPP PDIP menyebutkan Teddy masih sebagai Ketua DPC PDIP Salatiga, dalam surat yang dilayangkan DPD dengan Nomor 1296/IN/DPD/ XI/ 2021 ditunjukan kepada nama lengkap putra sulung mantan Anggota DPRD Provinsi Jateng, Djatmiko Wardoyo, Milhous Teddy Sulistio.
Adapun, agenda pemanggilan untuk mengklarifikasi Surat Pengunduran Diri dari Ketua DPC PDIP dan Anggota DPRD Salatiga pada hari Selasa (9/11), pukul 13.00 WIB di Kantor DPD PDIP Jateng Jalan Brigjen Katamso No 24, Semarang.
Di akhir surat, disebutkan Teddy harap hadir tanpa izin atau pun diwakilkan mengingat pentingnya materi yang akan dibahas.
Masih kepada RMOLJateng secara terang-terangan Teddy Sulistio pun akan buka-bukaan kepada DPD PDIP sama halnya saat ia dimintai klarifikasi DPP PDIP soal 'aib' internal partainya kepada kader militan Salatiga.
Teddy transparan menyebut ada oknum yang 'malaki' kadernya untuk sebuah jabatan di struktur di tubuh Lembaga Legislatif.
"Kader saya itu bilang sama saya, kalau harus ada patungan untuk jabatan. Kalau jumlah uang ratusan juta di kota besar, mungkin. Untuk Salatiga, dua ratus tiga ratus lah itu kata si oknum. Mana ada itu uang ratusan juta untuk posisi Ketua DPRD, karena posisi itu bagian dari penugasan partai," bebernya.
Saat itu, lanjut dia, ia bicara dengan kader dan curhat kalau dimintai uang ratusan juga.
'Langsung saya tanya, siapa orangnya. Nggak pantes banget melakukan itu. Itu ada di Panti (Panti Marhaen) itu, saya ketuanya loh," ucap Teddy blak-blakan.
Menurutnya, dalam sebuah organisasi apalagi kepolitikan ada aturan main Ia membeberkan janji DPP PDIP bahwa jika Ketua DPC di Kabupaten Kota mau jadi Wali Kota dan daerahnya perolehan suaranya minimal 30 persen, diprioritaskan menjadi Wali Kota.
"Tapi, saya 'nggak' jadi Wali Kota. Rekomendasi diberikan kepada Bung Dance. Diajak omong saja tidak, kan jengkel. Tapi kami siap, karena itu tugas partai, perintah partai," tandasnya.
Namun, tambahannya, ketika perang militan PDIP Salatiga berdarah-darah. Dan ketika survey menyebutkan selisih suara 0,9 tergopoh-gopoh DPP PDIP berang. "Pak Hasto langsung marah, Salatiga bagaimana itu. Kita bukan orang survey, kita orang lapangan 'kok'. 'Ya' 'kan' itu mestinya jengkel. Saya jujur saja, Salatiga kota kecil. Satu kepala harga Rp 250 ribu. Apa tidak pusing, apa tidak pecah kepala saya. Sementara tidak ada perubahan. Sangat nalar 'kan'," tuturnya.
Teddy memastikan, mundurnya ia dari jabatan Ketua DPC PDIP serta anggota DPRD Salatiga tidak ada urusannya karena tidak bisa tiga periode duduk sebagai Ketua DPRD Salatiga.
"Saya jengkel 'malakin' kader saya. Ada oknum yang malakin kader saya minta uang Rp 500 juta kalau ingin jabatan," sebutnya.
Buntut dari kejengkelannya itu, keputusan mengundurkan diri pun ia ambil. Sehingga, ia pun membantah jika geger pengunduran dirinya dianggap 'mutung' tidak dapat menduduki jabatan yang diinginkan.
"Gak ada urusannya juga, kecewa karena tidak bisa tiga periode Ketua DPRD Salatiga, saya miliknya rakyat Salatiga, saya miliknya partai. Sekali lagi saya tekankan, bukan karena mutung, bukan karena Kecewa saya mengundurkan diri. Itu hal yang kecil, teramat kecil kalau dijadikan alasan bagi petarung seperti saya," tandasnya.
Sebagai pribadi yang dibesarkan dari partai pernah berganti nama itu, dirinya tak akan menjadi sosok kacang lupa kulitnya. Ibarat kalah perang, ia mengundurkan diri dengan cara terhormat bukan karena mutung seperti anak kecil tak berguling-guling karena tak mendapatkan permen.
"Saya sudah pernah dimuliakan partai ini, saya anak senior partai PDIP, kalau mundur kurang seminggu momen Pilkada, Pileg atau Pilpres itu baru ngerjain namanya," ungkapnya.
Pengunduran dirinya masih rentan tiga tahun Pilkada Salatiga, dianggapnya sebagai sebuah proses pendewasaan.
"Sebagai petarung seperti saya, bukan kerena mutung. Bu Mega itu bagi kami adalah Matahari, sehingga etikanya memang harus berpamitan yang baik. Tetap 'unggah-ungguh' menjadi yang diutamakan," timpalnya.
Ia tak peduli, bila banyak pihak menyebut mundurnya ia dari Ketua DPC PDIP Salatiga bagi sebagian orang di publik ini dianggap satu bentuk kekecewaan.
Teddy pun menepis jika ia dibilang mundur sebagai sikap kesatria apalagi mencari popularitas belaka. "Perlu diingat, ini masih masih tiga tahun (Pilkada Salatiga). Saya mundur bukan karena saya kecewa, tapi semata-mata karena sangking cintanya kepada partai," imbuhnya.
Sementara, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto saat dikonfirmasi belum merespon.
- Mbak Rachma: Ijtima Ulama Tidak Mengikat
- Kuota DPRD Karanganyar Bakal Diisi Wajah Baru
- Tak Ada Gugatan Pilwalkot Pekalongan 2024 ke MK